Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Kembalinya "Kejayaan" Monarki di Era Media Sosial

Kompas.com - 23/10/2017, 20:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

SETELAH bersembunyi selama beberapa dekade terakhir, keluarga-keluarga kerajaan di Asia Tenggara telah menampilkan diri secara dramatis.

Misalnya, Pangeran Abdul Mateen dari Brunei, putra ke-10 Sultan Hassanal Bolkiah. Abdul Mateen memiliki ketampanan seperti aktor Hollywood. Ia juga memiliki akun Instagram dengan pengikut sebanyak 706.000, lebih besar dari populasi negaranya sendiri.

Lalu, ada pula Putra Mahkota Johor (negara bagian di Malaysia bagian selatan) Tunku Ismail Sultan Ibrahim. Ismail Sultan Ibrahim adalah seorang penggemar polo yang juga menjabat sebagai Ketua Persatuan Sepak Bola Malaysia. Ia seringkali mengutarakan opini yang lebih masuk akal dibandingkan politisi-politisi dari negaranya.

Tidak ada yang melihat keyakinan diri mereka saat ini melebihi perayaan mewah 50 tahun bertahtanya Sultan Brunei yang menjadikannya sebagai monarki paling lama berkuasa setelah Ratu Elizabeth II dari Inggris. 

Perjamuan Negara dalam perayaan tersebut dihadiri oleh perwakilan dari seluruh dunia, termasuk Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Kanselir Negara Myanmar Aung San Suu Kyi (yang terlihat lebih berwibawa dari keluarga kerajaan lainnya yang hadir), dan juga sejumlah bangsawan Malaysia.

Posting di Instagram dari akun Pangeran Abdul Mateen dari Brunei Darussalam, putra ke-10 Sultan Hassanal Bolkiah.Instagram/tmski Posting di Instagram dari akun Pangeran Abdul Mateen dari Brunei Darussalam, putra ke-10 Sultan Hassanal Bolkiah.
Tapi ada yang lain di Indonesia. Belum lama ini, Sri Sultan Hamengkubuwono X ditunjuk kembali sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ia satu-satunya, di antara tiga puluh empat kepala daerah provinsi di Indonesia, yang dapat mempertahankan kekuasaannya tanpa melalui Pemilihan Kepala Daerah (Pikada).

Keistimewaannya itu sebagai pengingat atas jasa pendahulunya yang berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Sri Sultan sendiri masih tetap menjadi seorang tokoh yang disegani, dikenal sebagai sebuah benteng memperkuat karakter Jawa yang unik di Yogyakarta.

Di sekitar waktu yang sama, Dewan Penguasa Malaysia (terdiri dari Sembilan Sultan di Malaysia) yang jarang bersuara, mengeluarkan sebuah pernyataan peringatan akan eksklusivisme keagamaan

Sedangkan di Thailand, masa duka yang telah berjalan setahun lamanya akan mencapai puncaknya saat Istana mempersiapkan kremasi mendiang Raja Bhumibol Adulyadej (Rama IX) yang sangat dicintai dan disegani itu.

Ratusan ribu penduduk Thailand diperkirakan akan membanjiri jalanan di Bangkok saat seluruh negara mengheningkan cipta untuk mengingat sosok yang telah menuntun negara tersebut selama tujuh dekade dalam waktu damai dan ketidakstabilan.

Sekaligus menerima realita bahwa putranya, Raja Maha Vajiralongkorn Bodindradebayavarangkun (Rama X)  adalah seorang figur yang jauh kurang simpatik, akan meneruskan tahta ayahnya.

Lebih dari itu, kalangan bangsawan muda ini didukung oleh media sosial. Ini memberikan mereka sebuah platform di luar batas kehidupan istana dan kekangannya.

Sebagai contoh, halaman Facebook milik klub sepak bola Johor Southern Tigers (yang diketuai oleh Tunku Ismail sebelum pindah ke asosiasi sepak bola nasional) telah menjadi corong tak resmi dari keluarga Kerajaan Johor.

 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com