Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Thailand Selatan Takkan Aman tanpa Libatkan BRN, Faksi Pemberontak Melayu

Kompas.com - 02/03/2017, 16:50 WIB

BANGKOK, KOMPAS.com – Kekerasan di Thailand selatan takkan berhenti selama pembicaraan damai antara militer dan faksi pemberontak tidak melibatkan Barisan Revolusi Nasional (BRN).

Pengamat lokal di Thailand selatan, Don Pathan, Kamis (2/3/2017), menyampaikan hal itu menanggapi pembunuhan empat orang, termasuk seorang murid berusia delapan tahun.

Seorang anak berusia delapan tahun dan tiga anggota keluarganya tewas ditembak dalam perjalanan ke sekolahnya wilayah paling bergolak di Thailand selatan,  Kamis (2/3/2017) pagi.

Wilayah Thailand selatan telah menjadi sarang kekerasan mematikan selama lebih dari satu dekade sejak kelompok separatis mengobarkan pemberontakan melawan pemerintah Kerajaan Thailand.

Setidaknya 6.800 orang, kebanyakan warga sipil, tewas dalam serangan-serangan yang menyebabkan kedua pihak saling menyalahkan.

Kamis pagi, dua pria bersenjata melepaskan tembakan ke arah sebuah mobil pikap milik seorang pejabat setempat yang hendak mengantar putranya ke sekolah di Provinsi Narathiwat.

"Kemungkinan ini ulah militan yang mencoba untuk menyulut kerusuhan baru," kata Kolonel Ruangsak Buadaeng, Komandan Kantor Polisi Distrik Ruso, Narathiwat, kepada AFP.

Thailand selatan sering terjebak dalam kekerasan secara sporadis. Umumnya akibat ulah pemberontak atau separatis yang secara rutin menargetkan pejabat setempat, guru, dan warga lokal yang dianggap menjadi kaki tangan Bangkok.

Serangan terbaru itu terjadi dua hari setelah tentara Thailand dan tim negosiasi pemberontak sepakat untuk menciptakan zona aman di wilayah tersebut.

Perjanjian yang disepakati adalah yang pertama dalam pembicaraan antara kedua pihak selama bertahun-tahun selalu gagal mewujudkan suasana damai tanpa kekerasan di Thailand selatan.

Don Pathan mengingatkan, pembicaraan damai itu akan menghadapi masalah jilka tidak melibatkan faksi Barisan Revolusi Nasional (BRN) Melalu, Patani, yang terlibat pemberontakan aktif di lapangan.

Militan Muslim Melayu BRN telah secara rutin melakukan serangan untuk membubarkan kesepakatan antara tentara dan Mara Patani, kelompok yang mengklaim mewakili jaringan gerilyawan di meja perundingan.

"Saya tak melihat kesepakatan ini merupakan sebuah terobosan besar," kata Don Pathan, peneliti yang memahami kondisi di wilayah tersebut.

"Mara Patani tak memiliki kekuatan untuk memerintah dan mengendalikan kelompok-kelompok pemberontak di lapangan," tambah Pathan.

Dalam sebuah pernyataannya, Mara Patani menyatakan turut berduka atas serangan mematikan pada Kamis ini. Kelompok ini menambahkan untuk berkomitmen menyelesaikan konflik di wilayah selatan "melalui dialog politik secara damai".

Junta Thailand telah mencoba untuk melakukan negosiasi ulang setelah merebut kekuasaan pada tahun 2014. Kekerasan senjata semakin berkurang tapi perdamaian yang sejati masih angan-angan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com