Zachary (atau Zach) Shinske adalah pemuda yang pemalu, berbadan tinggi dengan rambut berwarna merah.
Dia memiliki tutur kata yang lembut tapi pemikirannya serius. Penerima beasiswa yang mengambil kuliah jurusan Sejarah dan Bahasa Jerman di University of Michigan, salah satu universitas bergengsi di Amerika, ini begitu antusias ketika kami mengobrol soal Donald Trump.
"Dia mempunyai gaya sendiri dalam menyampaikan pernyataan. Dia bahkan tidak membaca teks pidato yang telah disiapkan. Dia akan menjadi pemimpin yang kuat dan tangguh. Saya menyukainya, sangat-sangat menyukainya. Dia mengatakan apa yang ingin dia katakan. Dia tidak tunduk pada siapa pun."
Bagi Zach, yang berasal dari St. Josephs, sebuah kota klasik Rust Belt dekat Chicago yang berseberangan dengan Danau Michigan, Trump adalah seorang yang otentik, orisinal: dan itu penting.
"Ini akan menjadi kebalikan dari gaya pemerintahan Barack Obama yang telah memecah belah negeri ini lebih dari siapa pun. Obama membuat berbagai kesepakatan besar namun tidak menemukan cara memperbaiki perpecahan," tutur Zach.
Ketika saya tanyakan apakah pandangannya itu tidak terkesan rasis, Zach menjelaskan, "Saya tahu beberapa pendukung Trump menentang gagasan Presiden berkulit hitam. Saya tidak setuju dengan pandangan itu. Saya bahkan penggemar berat Ben Carson (yang berkulit hitam) sebelum dia kalah dari pemilihan pendahuluan calon presiden Partai Republik."
Dalam pemikiran Zach, Obama adalah pemimpin (pembawa) bencana. Meskipun dia setuju Obama adalah Presiden AS ke-44 yang bersih dari tuduhan korupsi dan ketidakjujuran, namun dia menggelengkan kepala (tanda tidak setuju) atas kebijakan jaminan kesehatan "ObamaCare" dan caranya mengatasi masalah di Timur Tengah.
"ISIS tumbuh kuat di masa pemerintahannya. Sekarang dunia memandang, Amerika lemah dalam urusan luar negerinya. Apakah Anda memperhatikan yang dilakukan Presiden Filipina?"
Zach lebih bersemangat lagi ketika kami mendiskusikan soal ekonomi, khususnya sektor manufaktur, sektor yang sangat dekat dengan para pemilih Michigan, yang membuat mereka mengalihkan suaranya kepada Trump pada Selasa (8/11/2016) lalu mengejutkan kubu Hillary.
"Amerika tidak mendapatkan cukup manfaat dari NAFTA. Saya mengerti ketika para pengusaha ingin memindahkan pasar mereka untuk meraih keuntungan lebih besar lagi. Tapi saya setuju dengan Trump bahwa mereka seharusnya tetap di Amerika dan mendukung industri kita sendiri."
Ketika saya tanyakan apakah rakyat bisa bersabar untuk mendapatkan pekerjaan, dia menjawab dengan lugas, "Mereka sudah menunggu terlalu lama. Apakah kemudian mereka harus menunggu lebih lama lagi?"
Sekali lagi, Zach meyakinan saya bahwa dia betul-betul seorang Republik.
Namun dia mengakui jika bukan karena Trump, negara bagian di wilayah Midwest tidak akan pernah memilih Partai Demokrat.
Sebagai penganut Kristen, Zach beribadah ke gereja Lutheran dan karena itu, dia memiliki pandangan yang kuat terhadap isu aborsi dan LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender)
Memang ada keraguan terkait afiliasi keagamaan Trump. "Saya pikir, dia Kristen," ucap Zach sebelum beralih ke soal lain.