Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fethullah Gulen, Ujian Berat Hubungan AS-Turki

Kompas.com - 21/07/2016, 17:15 WIB

Upaya kudeta yang gagal di Turki, Jumat (15/7/2016) malam pekan lalu, membuat hubungan bilateral Amerika Serikat dan Turki dalam ujian berat.

Pasalnya, tokoh yang dituduh Pemerintah Turki menjadi otak di balik upaya kudeta itu, yakni ulama karismatik Turki, Fethullah Gulen (75), yang berdomisili Pennsylvania, AS, sejak 1999.

Juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, yang dikutip televisi Al Jazeera, mengatakan, Presiden AS Barack Obama, Selasa (19/7/2016) malam, menelepon Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membahas masalah Gulen.

Ankara telah menyampaikan empat berkas kepada Pemerintah AS berisi bukti-bukti keterlibatan Gulen dan jaringannya dalam upaya kudeta tersebut.

Menurut Earnest, Pemerintah AS kini sedang mempelajari berkas-berkas tersebut.

Pemerintah Turki, Sabtu (16/7/2016) lalu, secara resmi meminta Washington mengekstradisi Gulen ke Turki untuk diadili sebagai dalang percobaan kudeta yang gagal.

Bagi AS, ini ujian terberat, sekaligus paling dilematis dalam sepanjang sejarah hubungan bilateral AS-Turki.

AS tentu tidak mudah menyerahkan tokoh ulama sekelas Gulen kepada Pemerintah Turki.

Gulen adalah ulama karismatik yang memiliki pengikut, simpatisan, dan pengaruh luas di dalam dan luar Turki.

Bahkan, tidak sedikit pula pengikut dan simpatisan Gulen di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Erdogan mungkin bisa saja mengikis habis pengaruh politik jaringan Gulen, tetapi secara sosial keagamaan sangat sulit menguburnya.

Jaringan sosial keagamaan Gulen, yang di antaranya juga jaringan sufisme, sudah sangat mengakar di Turki.

Dalam waktu yang sama, AS juga tidak bisa menutup mata dan telinga sama sekali terhadap tuntutan Pemerintah Turki itu. Bagi AS, nilai Turki terlalu strategis.

Turki anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan menjadi ujung tombaknya pada era Perang Dingin melawan Uni Soviet.

Kekuatan militer Turki di NATO adalah yang terbesar kedua setelah AS.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com