Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perundingan Damai Suriah di Swiss Dimulai Lagi

Kompas.com - 14/03/2016, 13:25 WIB

GENEVA, KOMPAS.com – Perundingan damai untuk mengakhiri perang saudara di Suriah dimulai di Geneva, Swiss, Senin (14/3/2016) ini. Namun, masih belum jelas, tema apa yang hendak dibahas setelah gecatan senjata dua minggu masih diwarnai pelanggaran.

Perundingan ini melanjutkan lagi yang dimulai di Geneva pada awal Februari. Saat itu, perundingan yang baru berlangsung sehari gagal diteruskan karena pasukan Suriah didukung serangan udara Rusia menghantam posisi oposisi di Suriah utara.

Pertemuan lanjutan ini diharapkan dapat berjalan dengan baik.

Beberapa jam sebelum negosiasi dimulai, negara-negara Barat mengecam rezim Suriah. Kecaman dilakukan karena Menlu Suriah Walid Muallem mengatakan, tidak menyertakan Presiden Bashar al-Assad dalam proses politik di Suriah bisa menjadi “sebuah tanda bahaya.”

Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan, pernyataan Muallem itu merupakan usaha untuk mengganggu proses perundingan damai. Dia mendesak Rusia, sekutu Damaskus, agar bersama Iran berkomitmen mendukung perundingan damai di Geneva.

"Ini adalah momen kebenaran, suatu saat di mana kita semua harus bertanggung jawab," kata Kerry.

Menlu Perancis Jean-Marc Ayrault melangkah lebih jauh. Ia mengatakan, pernyataan Muallem ini sebuah "provokasi" dan "pertanda buruk" dalam upaya perdamaian Suriah.

Posisi Presiden Suriah, Bashar al-Assad, ke depannya masih menjadi perdebatan tajam antara pemerintah Suriah dan oposisi. Konflik yang dimulai dengan aksi damai pada Maret 2011 telah berubah menjadi perang saudara yang hingga kini menewaskan lebih dari 270.000 orang.

Negara-negara Barat yang dipelopori Amerika Serikat (AS) terus mendorong usaha mengakhiri konflik. Jalan utama menuju perdamaian dimulai dengan jeda perang. Namun, hal itu akan efektif jika diikuti perundingan yang melibatkan pihak yang bertikai, kecuali milisi radikal.

Pertemuan yang dimediasi Rusia dan AS di Geneva, Senin ini, sebagai bagian dari upaya diplomatik untuk mendorong dimulainya lagi proses perundingan damai antara pemerintah Suriah dan oposisi.

Rusia dan sekutunya Iran mendukung rezim Damaskus. Namun, AS dan sekutu Barat-nya mendukung oposisi moderat. Namun, keduanya juga memiliki kesamaan dalam target  yakni perang melawan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) dan Front al-Nusra.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, kubu oposisi telah menggunakan rudal anti-pesawat untuk menembak jatuh satu jet tempur Suriah, Sabtu lalu. Oposisi mengatakan, mereka tidak memakai rudal, kecuali senjata anti-pesawat.

Oposisi telah menyatakan kesediaanya, Sabtu, bahwa mereka akan menghadiri perundingan Geneva.Namun, oposisi juga mengatakan, rezim Damaskus sedang mempersiapkan perang dan tidak menginginkan solusi damai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com