Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

50 orang Tewas Saat Bom Bunuh Diri Meledak di Pertandingan Voli di Afghanistan

Kompas.com - 24/11/2014, 05:18 WIB

KHOST, KOMPAS.com - Sebanyak 50 orang tewas dan 60 orang lainnya terluka setelah bom bunuh diri meledak di kerumunan orang saat pertandingan bola voli di bagian selayan Afghanistan, Minggu (23/11/2014). Serangan itu disebut paling mematikan sejak tahun 2011.

Bom meledak saat pertandingan tim bola voli lokal, Provinsi Paktika yang berada di perbatasan dengan Pakistan. Korban paling banyak dari anak-anak yang menonton pertandingan.

Banyaknya korban yang meninggal menjadi tantangan bagi Presiden Afghanistan yang baru, Ashraf Ghani.

"Saya dan beberapa teman saya menonton pertandingan itu, kami bersorakan ketika tim kami mencetak skor," kata Abdulhay, remaja berusia 11 tahun yang menjadi korban luka ringan dari kejadian itu ketika dihubungi AFP. Ia kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Sharana.

Abdulhay menceritakan, ketika ia dan teman-temannya bersorak geringan saat tim mereka mencetak skor, tak lama kemudian terdengan suara ledakan. "Saat itu saya langsung tak sadarkan diri. Saat saya buka mata sudah berada di rumah sakit, saya tidak tahu bagaimana nasib teman-teman saya, apakah tewas atau masih hidup."

Belum ada pernyataan resmi dari Taliban, kelompok yang kerap kali berada di balik serangan-serangan di Afghanistan.

"Pembom bunuh diri ketika itu sedang naik sepeda motor, dia meledakkan dirinya saat pertandingan voli," kata Wakil Gubernur Paktika, Attaulah Fazli kepada AFP.

Di antara para korban, kata Attaulah, ada juga beberapa pejabat pemerintahan, termasuk kepala kepolisian. "Sekitar 50 orang tewas, dan 60 orang lainnya terluka, kebanyakan luka serius."

Peristiwa itu terjadi di Yahya Khail, distrik dari Paktika. Bom meledak saat ratusan orang berkumpul menonton pertandingan bola voli, kata juru bicara propinsi Paktika, Mukhlis Afghan kepada AFP.

"Skala ledakan sangat mengejutkan. Kami sudah meminta bantuan dari Kabul (Ibukota) untuk mengirim helikopter untuk membawa para korban untuk mendapatkan perawatan," lanjut Mukhlis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com