"Di dalam hallyu terdapat nilai dan pesan substantif dan universal, yang bisa disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia," ujar Presiden Asosiasi Studi Hallyu Dunia (WAHS), Gil-Sung Park, saat berbincang dengan wartawan Kompas, Wisnu Dewabrata, Sabtu (19/10/2013). Nilai dan pesan itu antara lain terkait perdamaian, kreativitas, kemasyarakatan, dan modal sosial.
Berbincang di sela Kongres I Hallyu yang berlangsung di Korea University, Seoul, pada 18-19 Oktober 2013, Gil berpendapat budaya populer Indonesia sebetulnya juga bisa menjadi seperti hallyu. Namun, ujar dia, itu tentu saja harus melalui banyak tahapan panjang dan berat sebagaimana yang telah dilewati para pelaku budaya pop Korea.
Dalam kesempatan terpisah, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Korsel Cho Taiyoung, Selasa (15/10/2013), memastikan pemerintah mereka saat ini berupaya untuk tidak ikut campur terlalu banyak mengatur masalah hallyu. "Kami mencoba menjaga jarak dari para pelaku hallyu. Jika tidak, hal itu justru akan mengganggu kreativitas dan reputasi mereka," ujar Cho ketika menerima kunjungan rombongan jurnalis peserta beasiswa Kwanhun-Korea Press Foundation 2013.
Tidak mungkin, tambah Cho, pemerintah mengontrol atau memerintahkan para pelaku hallyu, baik artis maupun perusahaan manajemennya. Akan tetapi, diakui, pemerintah terkadang meminta mereka untuk tampil dan mengisi acara tertentu, terutama terkait kerja sama bilateral dengan negara lain.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.