"ISIS kemungkinan akan berupaya melancarkan serangan lagi di Eropa, dan berusaha mengarahkan serangan ke Amerika Serikat tahun 2016," kata Letnan Jenderal Vincent Stewart, Direktur Dinas Intelijen Pertahanan AS, dalam rapat dengar pendapat Komite Angkatan Bersenjata Senat (SASC) di Capitol Hill, Rabu.
Direktur Intelijen Nasional James Clapper, yang juga anggota SASC, memperkirakan bahwa para ekstremis masih aktif di 40 negara, dan saat ini lebih banyak teroris yang berlindung di tempat yang aman.
Clapper memperingatkan bahwa ISIS dan delapan cabangnya merupakan ancaman teroris nomor wahid. Mereka berlindung di balik pengungsi yang melakukan eksodus dari Irak dan Suriah untuk menjangkau negara-negara lain.
Menurut Clapper, ISIS mengambil keuntungan dari arus pengungsi untuk melakukan operasi teror.
Mereka juga begitu pandai dalam memanipulasi paspor sehingga bisa bebas bepergian ke mana saja sebagai pelancong legal.
Para pejuang ISIS dilaporkan telah merebut fasilitas paspor Suriah dengan mesin yang mampu membuat paspor.
Pernyataan Clapper sejalan dengan dokumen direktur intelijen nasional berjudul "Penelitian tentang Ancaman Seluruh Dunia dari Komunitas Intelijen AS". Dokumen itu mencatat bahwa sekitar lima lusin orang yang terkait ISIS ditahan di AS selama 2015.
Clapper menjelaskan, lebih dari 38.200 pejuang asing dari 100 negara, termasuk sedikitnya 6.900 dari negara-negara Barat, pergi ke Suriah sejak 2012.
Soal kampanye kontra-ISIS di Irak dan Suriah, kata Stewart, tidak mungkin bisa membebaskan kota Mosul di Irak pada 2016 ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.