Hassan Ahmad sekeluarga percaya bahwa doa mereka terkabul setelah mendapat visa yang memungkinkan mereka terbang ke Rusia dari Erbil di Irak.
Mereka telah menjadikan Erbil tempat tinggal setelah lari dari Suriah karena takut akan kehilangan nyawa saat ekstremis ISIS semakin dekat.
Namun, harapan keluarga itu akan sebuah kehidupan baru pupus saat mereka tiba di Moskwa pada 12 September dan diberi tahu bahwa visa mereka palsu. Mereka diharuskan kembali ke Suriah.
Namun, Hassan Ahmad yakin kembali berarti mati. Sejak itu, keluarga tersebut pun telah terjebak dalam situasi sulit. Mereka terpaksa tinggal di Sheremetyevo Airport dikelilingi barang-barang mereka.
"Ini adalah tempat transit untuk satu jam, dua jam. Namun, bagi kami, ini sudah 40 hari lebih," kata Rinas, putra Ahmad. "Kadang-kadang suhu dingin, sangat dingin."
Keluarga Ahmad dan empat anak mereka, yaitu Rinas (12), Rozkar (9), Lund (7), dan Lavin (3), tidur di lantai selama 44 hari pertama. Selama enam hari terakhir, setelah istri Ahmad, Gulistan, dirawat di rumah sakit, Pemerintah Rusia mengizinkan mereka tinggal di salah satu hotel bandara.
Makanan disediakan Unicef dan sejumlah LSM mulai melobi Pemerintah Rusia atas nama keluarga itu.
"Bagaimana bisa orang-orang hanya menonton hal ini terjadi? Bagaimana bisa orang begitu tak berperasaan?" kata ayah yang putus asa itu kepada BBC.
Saat berbicara kepada CNN, ia menambahkan, "Para petugas di bandara memperlakukan saya seperti seorang teroris. Apakah saya terlihat seperti seorang teroris? Apakah ini cara mereka memperlakukan seorang ayah yang dikelilingi istri dan empat anaknya, yang semuanya ingin hidup normal?"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.