WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Donald Trump melontarkan ancaman kepada Iran setelah Kedutaan Besar AS di Irak diserang.
Ucapan itu terjadi setelah massa yang merupakan pendukung faksi Hashed al-Shaabi menyerang dan membakar kedubes di Baghdad.
Trump menyatakan, serangan di Kedutaan Besar AS di Irak "diorkestrasi" oleh Iran, klaim yang dibantah oleh Teheran.
Baca juga: Demonstran Irak Pendukung Iran Serang Kedutaan Besar AS
Dalam kicauannya di Twitter, presiden 73 tahun itu menuturkan, kedubes mereka selamat berkat kesigapan militer yang ditunjang persenjataan canggih.
Dia juga mengucapkan terima kasih kepada Perdana Menteri karteker Adel Abdel Mahdi dan pemerintahan Irak yang bersedia menerima permintaan mereka.
"Iran bakal bertanggung jawab jika terjadi korban jiwa atau kerusakan di fasilitas kami," ujar Trump dilansir Sky News Selasa (31/12/2019).
"Mereka akan membayar HARGA YANG SANGAT MAHAL. Ini bukanlah peringatan. Ini ancaman. Selamat Tahun Baru!" lanjutnya.
....Iran will be held fully responsible for lives lost, or damage incurred, at any of our facilities. They will pay a very BIG PRICE! This is not a Warning, it is a Threat. Happy New Year!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) December 31, 2019
Pada Selasa pagi waktu setempat, massa yang sebagian berbaju milisi berteriak "jatuhlah AS" atau "Matilah Amerika" serta "Matilah Israel" di luar kedubes.
Anggota milisi itu kemudian merangsek masuk dan mulai membakar bagian depan, dengan pasukan AS mulai berjaga di atap.
Kantor berita Reuters memberitakan, suara tembakan sempat terdengar dengan militer menembakkan gas air mata. 12 orang dilaporkan terluka.
Aksi protes itu terjadi setelah Pentagon menggelar serangan udara terhadap Hashed al-Shaabi pada Minggu (29/12/2019).
Pentagon menggelar serangan udara yang menyasar Brigade Hezbollah, salah satu faksi radikal Hashed al-Shaabi yang didukung Teheran.
Berdasarkan keterangan dari Hashed al-Shaabi, serangan itu tak hanya menewaskan 25 milisinya. Tetapi juga melukai 51 orang.
Serangan tersebut digelar sebagai balasan setelah seorang kontraktor sipil AS tewas dihantam roket pada Jumat (27/12/2019).
Baghdad merespons dan menyebut operasi militer dari AS itu merupakan bentuk pelanggaran terhadap kedaulatan wilayah mereka.
Baca juga: Diancam Irak karena Serang Milisi Pro-Iran di Wilayahnya, Ini Jawaban AS
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.