Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Media Inggris BBC Sebut Plastik dari Negara Barat "Racuni" Makanan Indonesia

Kompas.com - 18/11/2019, 15:55 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC

Impor sampah plastik dilaporkan naik 141 persen tahun lalu menjadi 283.000 ton. Utamanya datang dari Australia, Kanada, Irlandia, Italia, Selandia Baru, Inggris, dan AS.

Baca juga: Pembakaran Plastik oleh Pabrik Tahu Timbulkan Polutan Dioxin, Apa Itu dan Seberapa Bahaya?

Negara Barat itu mencari alternatif lain setelah China mulai mengeluarkan larangan untuk menerima impor sampah pada awal 2017.

Profesor Peter Dobson dari Universitas Oxford meyakini, negara-negara Barat yang juga mengekspor sampah mereka harus bertanggung jawab.

"Adanya aturan untuk melarang akan menghidupkan teknologi daur ulang atau penggunaan ulang plastik, atau mengurangi pemakaiannya," jelasnya.

Pakar memaparkan, sampah dari negara Barat merupakan salah satu masalah terkait isu penanganan plastik yang ada di Indonesia.

Kurangnya infrastruktur ataupun pendanaan dalam pengolahan dan pengumpulannya membuat sampah-sampah tersebut dibakar atau hanyut di air.

Di Sindang Jaya, Banten, kepala desa setempat, Masrur, mengklaim ada sejumlah warganya mengalami gangguan pernapasan karena asap dari pembakaran plastik.

Warga setempat bernama Mila Damila mengungkapkan bagaimana cucunya bolak-balik mendapat perawatan di rumah sakit hingga empat kali.

"Dokter menyatakan penyakitnya karena asap. Itu seperti kabut, tetapi karena asap, dan berwarna hitam pada siang hari," jelas Mila.

Penduduk lain, Eli Prima, berkata, anaknya sempat dibawa ke unit gawat darurat dan mendapat bantuan oksigen karena kesulitan bernapas.

Setelah terjadi "perdebatan intens" dengan pedagang plastik, proses pembacaan plastik di ruang terbuka dalam skala besar pun dihentikan.

Baca juga: Ramai soal Pabrik Tahu yang Gunakan Sampah Plastik, Ternyata Sampahnya dari Limbah Impor

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com