Salin Artikel

Media Inggris BBC Sebut Plastik dari Negara Barat "Racuni" Makanan Indonesia

Kelompok pemerhati lingkungan IPEN juga menemukan adanya kandungan polutan bernama dioxin 70 kali lipat dari standar Eropa dalam telur di desa Jawa Timur.

Dilansir pada pekan lalu, peneliti IPEN mengumpulkan telur ayam dari dua lokasi berbeda dekat Surabaya untuk kemudian dilakukan uji coba.

Pengujian itu merupakan cara termudah untuk menentukan polutan persisten organik (POPs) seperti dioxin sudah masuk dalam rantai makanan.

Dalam penelitian itu, diketahui pembacaan reaksi POPs yang kuat ada di kawasan pabrik tahu yang menggunakan plastik sebagai bahan bakar di Tropodo.

Dari hasil tes, diketahui ada satu telur yang melebihi asupan harian Keamanan Makanan Eropa (EFSA) untuk dioxin terklorinasi hingga 70 kali lipat.

Peneliti menuturkan, dalam telur itu terkandung level dioxin tertinggi kedua di Asia setelah Bien Hoa, bekas pangkalan udara AS di Vietnam.

Pada Perang Vietnam, Washington menerapkan Agent Orange, yakni menyemprot herbisida ke tanaman Viet Cong, dengan salah satu kandungannya adalah dioxin.

Selain dioxin, BBC melaporkan telur-telur itu mengandung bahan kimia tahan api, bernama SCCPs dan PBDEs, yang digunakan dalam plastik.

Yuyun Ismawati dari Nexus Foundation selaku salah satu peneliti mengatakan, temuan itu sangat mengejutkan. "Di Indonesia, kami belum pernah melihat hasil ini sebelumnya," katanya.

Pakar menyatakan, memakan sejumlah telur yang terkontaminasi bisa berdampak pada masalah serius dalam jangka panjang.

Penelitian itu fokus pada area sekitar pabrik kertas di Jawa Timur, di mana 40 persen kertasnya diimpor. Namun, kertas itu datang dengan plastik berkualitas rendah.

Plastik-plastik itu kemudian dijual kepada warga lokal, di mana mereka bergantung pada mata pencarian mereka. Salah satunya adalah Supiyati di Bangun.

Disebut sebagai "pemulung plastik", dia menggantungkan kehidupan sehari-hari dengan mencari plastik yang berkualitas lebih baik, kemudian dijual.

"Saya menggunakan uangnya untuk membeli tanah ini dan menyekolahkan anak-anak saya," tutur Supiyati sembari duduk di tumpukan sampah plastik.

Impor sampah plastik dilaporkan naik 141 persen tahun lalu menjadi 283.000 ton. Utamanya datang dari Australia, Kanada, Irlandia, Italia, Selandia Baru, Inggris, dan AS.

Negara Barat itu mencari alternatif lain setelah China mulai mengeluarkan larangan untuk menerima impor sampah pada awal 2017.

Profesor Peter Dobson dari Universitas Oxford meyakini, negara-negara Barat yang juga mengekspor sampah mereka harus bertanggung jawab.

"Adanya aturan untuk melarang akan menghidupkan teknologi daur ulang atau penggunaan ulang plastik, atau mengurangi pemakaiannya," jelasnya.

Pakar memaparkan, sampah dari negara Barat merupakan salah satu masalah terkait isu penanganan plastik yang ada di Indonesia.

Kurangnya infrastruktur ataupun pendanaan dalam pengolahan dan pengumpulannya membuat sampah-sampah tersebut dibakar atau hanyut di air.

Di Sindang Jaya, Banten, kepala desa setempat, Masrur, mengklaim ada sejumlah warganya mengalami gangguan pernapasan karena asap dari pembakaran plastik.

Warga setempat bernama Mila Damila mengungkapkan bagaimana cucunya bolak-balik mendapat perawatan di rumah sakit hingga empat kali.

"Dokter menyatakan penyakitnya karena asap. Itu seperti kabut, tetapi karena asap, dan berwarna hitam pada siang hari," jelas Mila.

Penduduk lain, Eli Prima, berkata, anaknya sempat dibawa ke unit gawat darurat dan mendapat bantuan oksigen karena kesulitan bernapas.

Setelah terjadi "perdebatan intens" dengan pedagang plastik, proses pembacaan plastik di ruang terbuka dalam skala besar pun dihentikan.

https://internasional.kompas.com/read/2019/11/18/15552161/media-inggris-bbc-sebut-plastik-dari-negara-barat-racuni-makanan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke