Pejabat intelijen itu menjelaskan bahwa sepanjang musim panas, mereka mulai memetakan lokasi dan merencanakan serangan militer.
Namun, rencana tersebut nyaris rusak ketika Trump membuat keputusan mengejutkan dengan menarik tentara Negeri "Uncle Sam" dari Suriah.
Langkah itu berujung pada keputusan Pentagon menyetujui serangan malam, sebelum kontrol mereka terhadap pasukan hingga pesawat di Suriah menghilang.
Mereka menerangkan bagaimana Kurdi terus memberikan informasi kepada CIA, meski mereka menjadi rentan menjadi target serangan Turki.
Pada 9 Oktober setelah Trump menarik militer AS, Turki meluncurkan Operation Peace Spring untuk menggempur milisi Kurdi Suriah.
Intelijen AS menggunakan sampel DNA di celana dalam untuk memastikan bahwa Pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi ada di bangunan tersebut.
Dalam jumpa pers, Trump mengucapkan terima kasih kepada Kurdi, yang dia sebut "memberikan informasi yang sangat berguna".
Baca juga: Trump: AS Sudah Tahu Pengganti Pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.