Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini 67 Tahun Lalu, Raja Terakhir Mesir Kehilangan Kekuasaan

Kompas.com - 23/07/2019, 17:50 WIB
Rosiana Haryanti,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Farouk segera mengemas barang-barangnya. Bersama dengan istri, ketiga anak, dan ajudannya, Farouk segera menuju ke istana dengan melewati jalan-jalan kota yang penuh dengan penjagaan.

Sehari setelahnya, tentara yang dipimpin kelompok ini segera berjalan ke Alexandria, tempat di mana sang raja tinggal.

Pada 25 Juli, mereka mengumumkan jam malam. Selain itu, mereka juga akan menembaki seluruh orang dan kendaraan yang keluar di jalan-jalan Alexandria pada malam hari.

Setelah berada di dalam istana, mereka memutuskan segera beristirahat. Dia lalu terbangun dan pergi ke balkon.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Tragedi Maracanazo, Kala Uruguay Kalahkan Brasil di Final Piala Dunia

Di sana, Farouk ditembaki oleh dua anggota kelompok pemberontak yang mengepung. Peluru-peluru yang ditembakkan hampir mengenai dirinya.

Namun, tak lama kemudian, seorang pengawal Farouk membalas tembakan.

Tak berselang lama, ia juga mengambil senapan dan menembaki para pemberontak.

Sementara itu, para pengepung telah berhasil memotong saluran telepon istana.

Meksi begitu, Farouk masih bisa menghubungi perdana menteri, Ali Maher, melalui saluran telepon darurat yang ia simpan.

Selain Maher, ia juga menghubuni duta besar AS untuk Mesir, Jeferson Carey dan memintanya menggunakan semua pengaruh untuk membantu keluarga kerajaan yang terkepung.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Marie dan Pierre Curie Temukan Polonium

Sikap AS terhadap Kairo pada waktu itu tidak terlalu positif, karena ketidaksukaan pemerintah Amerika terhadap Farouk.

Namun, mereka meloloskan keinginan Farouk dan meminta para pengepung untuk tidak melukai raja beserta keluarganya.

Kala itu, Sadat kemudian menulis ultimatum resmi di kantor Maher bahwa raja harus turun tahta dan meninggalkan Mesir pada pukul 6 sore pada tanggal 26 Juli.

Namun Farouk mengajukan syarat. Ia akan mundur hanya jika sura-surat pengunduran durunya formal dan konstitusional.

Selain itu, ia pun meminta diizinkan pergi dengan kehormatan militer penuh.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com