Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Masalah Sapi Bisa Jatuhkan PM India?

Kompas.com - 12/04/2019, 14:22 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber AFP

NEW DELHI, KOMPAS.com - Salah satu janji PM India Narendra Modi adalah melindungi sapi yang merupakan hewan suci umat Hindu, mayoritas warga negeri itu.

Namun, bagi Raghuvir Singh Mena, seorang petani Hindu yang berjuang melindungi tanaman buncisnya dari serbuah ternak, hal ini sudah terlalu jauh.

Modi mendapat banyak dukungan dari para petani saat meraih kekuasaan pada 2014. Namun, langkah perlindungan sapi ini di sisi lain membuat warga pedesaan kebingungan.

"Kami sudah mencoba banyak cara, memasang orang-orangan hingga kawat berduri, namun hewan-hewan itu tetap bisa menyantap tanaman kami," kata Raghuvir sambil menatap lahannya di distrik Pilani, negara bagian Rajashtan.

Baca juga: Bebas Berkeliaran, Sapi di India Telan Puluhan Kilogram Plastik

"Pemerintah bermain dengan politik mereka, mereka tak peduli dengan petani miskin," ujarnya.

Bahkan sebelum Modi berkuasa, membunuh sapi dan mengonsumsi daging sapi dilarang di Rajashtan dan banyak negara bagian India.

Padahal, secara resmi India adalah negara sekuler dan memiliki penduduk yang memeluk agama Islam dan Kristen dalam jumlah yang signifikan.

Namun, negara kini menerapkan aturan yang lebih ketat dan hukuman lebih berat untuk "penganiaya sapi".

Pada 2017, pemerintah mencoba untuk melarang penjualan sapi untuk disembelih di seluruh negara. Namun, rencana itu dibatalkan Mahkamah Agung.

Sejumlah kritikus mengatakan partai Bharatiya Janata (BJP) pimpinan Modi sedang berusaha untuk menegaskan apa yang disebut "Hindutva" atau hegemoni Hindu di negeri berpenduduk 1,25 miliar orang itu.

Para kritikus juga memperingatkan, BJP semakin membuat kelompok-kelompok warga berani menyera g kelompok minoritas Muslim dan kasta terendah Dalit.

Selama ini kedua kelompok warga itu memiliki kekebalan untuk menyantap daging sapi, menyembelih, dan memperjualbelikan hewan itu.

Sepanjang kekuasaan Modi, insiden kekerasan terkait masalah sapi ini telah menewaskan 44 orang sejak Mei 2015 hingga Desember tahun lalu. Demikian data dari Human Right Watch.

BJP mengatakan menentang kekerasan semacam ini, tetapi ketakutan akan serangan dan undang-undang yang lebih keras amat mengganggu perdagangan hewan ternak.

Kondisi ini membuat para peternak membiarkan sapi yang tua dan lemah begitu saja dan tidak dijual ke pejagalan.

Alhasil, jumlah sapi yang berkeliaran di jalan meningkat sehingga meningkatkan kecelakaan lalu lintas dan kekacauan di pedesaan tempat 70 persen warga India tinggal.

Menurut sensus hewan ternak 2012, jumlah sapi yang berkeliaran di jalanan tercatat 5,2 juta ekor. Namun, jumlah itu diyakini sudah melonjak.

Baca juga: Pengeroyok Umat Muslim saat Razia Daging Sapi di India Ditangkap

Sapi-sapi yang berkeliaran ini sering menyantap sampah plastik di perempatan jalan yang sibuk.

Keberadaan sapi-sapi ini di jalanan semakin menjadi pemandangan yang lumrah di kota dan pedesaan sejak Modi berkuasa.

Pada 2015, menurut data terakhir pemerintah yang bisa diperoleh, sebanyak 550 orang meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas yang melibatkan sapi.

"Karena ada pelindung sapi, tak ada yang berani menyentuh sapi sekarang ini," kata Sumer Singh Punia, mantan kepala desa di distrik Churu.

"Tak ada cukup tempat penampungan sapi dan tempat yang ada sudah amat penuh sehingga setiap hari ada saja hewan yang mati," tambah dia.

"Kami umat Hindu, tak ingin menyakiti sapi. Namun, kami juga tak mampu memberi makan mereka saat kami sendiri kesulitan memenuhi kebutuhan hidup," tambah dia.

Baca juga: Tabrak Sapi, Kereta Semicepat India Rusak Usai Diresmikan

Kegeraman warga pemilik suara setidaknya sudah terbukti saat BJP kalah di negara bagian pertanian seperti Rajashtan dan Madya Pradesh dalam pemilihan lokal Desember lalu.

Bahkan, satu-satunya menteri urusan sapi di India, mengundurkan diri dari jabatannya di Rajashtan.

Ini merupakan perubahan drastis dri 2014 ketika sebagian besar dari 262 juta petani mendukung BJP yang menjanjikan kenaikan pendapatan petani pada 2022.

Kini para petani yang jengkel mengumpulkan uang untuk membangun penampungan sapi setidaknya selama musim panen.

Para petani di Uttar Pradesh malah mengurung sapi-sapi itu di sbeuah sekolah untuk melindungi gtanaman mereka.

Sandeep Kajla, ketua Gramya Bharat Jan Chetna Yatra, sebuah organisasi sosial berbasis di Pilani, mengatakan bahwa partai politik harus memasukkan masalah sapi ini dalam manifesto mereka.

"Seorang petani bisa mengurus seekor sapi. Namun di sini, sapi berkeliaran dalam jumlah ratusan ekor," kata Sandeep.

Baca juga: Dituduh Curi Sapi, Pria Ini Babak Belur Dikeroyok, Mobilnya Dibakar

Sedangkan, guru besar Universitas Jawaharlal Nehru, Gurpreet Mahajan mengatakan, BJP kini terjebak masalah tersebut.

"Saya kira tak seorang pun memiliki cara bagaimana mengatasi masalah sapi ini dan membuatnya sebagai sebuah kenyataan," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com