Peraih Nobel Perdamaian itu menegaskan penyeledikian dalam negeri yang imparsial akan menunjukkan bukti keterlibatan militer dalam kekerasan terhadap warga Rohingya.
Saat KTT Asean sudah tiba di bagian akhir pada Kamis (14/11/2018) malam, PM Mahathir mengatakan, Suu Kyi mendapatkan tekanan dari para pemimpin Asean terkait masalah Rohingya.
"Semua pemimpin secara tidak langsung menyampaikan kritik dan keprihatinan. Mereka berharap warga Rohingya bisa pulang dengan selamat," kata Mahathir.
Para pendukung Suu Kyi mengatakan, dia tak bisa berbuat banyak karena terikat dengan kesekapakatan pembagian kekuasaan dengan militer.
Pada 2015, militer mengizinkan sipil menjalankan pemerintahan tetapi di sisi lain masalah keamanan masih menjadi wewenang penuh tentara.
Seorang juru bicara Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) memberikan pembelaan untuk Suu Kyi.
"Jika tekanan ini terkait repatriasi warga 'Bengali', kami sudah sepakat menerima mereka semua yang pernah tinggal di Myanmar," kata Myo Hunt, juru bicara NLD.
Baca juga: Amnesty International Cabut Penghargaan bagi Aung San Suu Kyi
Namun, tetap saja meski negara-negara Asia Tenggara pda dasarnya tidak mau mencampuri urusan dalam negeri negara lain, tetap saja pengucilan itu amat terasa
"Bintangnya sudah meredup. Dia tak lagi diterima dengan hangat seperti saat aura itu masih ada," ujar seorang diplomat ASEAN.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.