Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Kubu Berseberangan Bahas Otonomi Khusus Papua di Selandia Baru

Kompas.com - 31/07/2018, 16:27 WIB
Amir Sodikin

Editor

Banyak juga mahasiswa yang datang adalah berlatar belakang Pasifik dan Maori yang dikenal sebagai pendukung utama Free West Papua di VUW.

Salah satu pertanyaan yang ditanyakan adalah bagaimana para pemimpin Papua ini melihat masalah apakah referendum diperlukan untuk Papua. Pertanyaan lainnya adalah mengapa tidak Papua melihat kasus referendum seperti di Bougainville, Papua New Guinea sebagai contoh bahwa referendum untuk penentuan nasib sendiri dimungkinkan bagi Papua.

Dalam menjawab pertanyaan, semua pemimpin Papua mengucapkan terima kasih kepada Selandia Baru atas perhatiannya. Mereka percaya bahwa ini adalah bentuk perhatian besar dari masyarakat Selandia Baru untuk masa depan orang Papua dan wilayah Papua yang lebih baik.

Namun, mereka melihat bahwa Papua telah menikmati suasana penentuan nasib sendiri (self-determination) dengan otonomi khusus. Otonomi khusus memang belum sempura, tetapi kita saat ini sudah melihat semua pemimpin daerah ke lokal adalah penduduk asli Papua dan mereka telah menikmati dukungan dan sumber daya finansial dan non-finansial baik dari pemerintah pusat maupun dari daerah mereka sendiri.

“(Dengan otonomi khusus) sekarang tergantung pada orang Papua (apakah mereka ingin maju). Masa depan Papua sudah ada di tangan orang Papua,” kata Joku menjelaskan.

Prof Rob menutup forum dengan mengucapkan terima kasih kepada para pembicara yang datang jauh-jauh dari Indonesia untuk berbagi cerita tentang perubahan di Papua. Dia juga mengucapkan terima kasih kepada Perhimpunan Pelajar Indonesia yang menggagas acara tersebut.

“Kita telah melaksanakan dialog yang sangat bagus malam ini. Komentar dan jawaban Anda sangat bagus. Kita telah sama-sama saksikan bahwa pertanyaan Anda telah dijawab dengan penuh semangat dan dengan pemikiran yang tulus," Prof Rob menutup.

Tiga Pemimpin Papua tersebut dijadwalkan untuk berbicara tentang hal yang sama di dua kampus lagi yaitu University of Canterbury di Christchurch pada Rabu (1/8/2018) dan Universitas Auckland di Auckland pada hari berikutnya (2/8/2018).

Semua acara diselenggarakan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia di Selandia Baru dengan bantuan panitia lokal yang terdiri dari mahasiswa Indonesia yang tinggal di kota tempat acara diadakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com