Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Irak, ISIS Kini Adopsi Strategi Perang Gerilya

Kompas.com - 25/07/2018, 20:13 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

BAGHDAD, KOMPAS.com - Beberapa bulan setelah Irak mendeklarasikan kemenangan atas ISIS, kelompok ini kembali muncul secara sporadis melakukan pembunuhan dan penculikan.

Dengan mimpi membangun kekalifahan di Timur Tengah secara praktis sudah mati, ISIS kini menggunakan strategi perang gerilya untuk melawan pemerintah Baghdad.

Demikian penjelasan sejumlah pejabat pemerintah, intelijen, dan militer Irak kepada Reuters.

ISIS sudah berubah wujud beberapa bulan sebelum Baghdad secara resmi mengumumkan telah mengalahkan kelompok itu pada Desember lalu.

Baca juga: Kelompok Siber Pendukung ISIS Edarkan Gambar Bos Facebook Dipenggal

Kini Irak diwarnai meningkatnya angka penculikan dan pembunuhan terutama di provinsi Kirkuk, Diyala, dan Salahuddin sejak Mei lalu.

Hal ini menunjukkan pemerintah Irak kini dalam tekanan baru ISIS semenjak organisasi itu menguasai sepertiga wilayah negeri tersebut kurang lebih tiga tahun lalu.

Bulan lalu di tiga provinsi itu tercatat 83 kasus penculikan, sebagian besar terjadi di jalan raya yang menghubungkan Baghdad dan provinsi Kirkuk.

Pada Mei lalu, angka insiden penculikan di kawasan itu mencapai 30 kasus.

"Padahal pada April jumlah penculikan di area yang sama hanya tujuh kasus," kata Hisham Al-Hashimi, pakar ISIS yang menjadi penasihat pemerintah Irak.

Salah satu insiden terjadi pada 17 Juni, ketika tiga warga Syiah Irak diculik anggota ISIS yang menyamar menjadi polisi dan melakukan pemeriksaan di jalan raya itu.

Sepuluh hari kemudian, jenazah ketiga orang itu ditemukan dalam kondisi termutilasi dan dipasangi bom untuk membunuh siapa saja yang menemukan ketiga mayat tersebut.

ISIS juga menyusun kembali kekuatan di pegunungan Hemrin wilayah timur laut Irak yang memanjang dari provinsi Diyala di perbatasan dengan Iran.

Pegunungan ini kemudian mengarah ke utara melintasi provinsi Salahuddin dan Kirkuk serta menjulang di atas jalan raya utama Irak.

Baca juga: ISIS Serang Kawasan Selatan Suriah, 40 Orang Tewas

Kawasan ini menjadi amat berbahaya hingga aparat keamanan Irak menyebutnya sebagai "segi tiga kematian".

Sementara itu, militer dan intelijen Irak tidak mengetahui pasti jumlah anggota ISIS yang masih aktif di negeri itu.

Al-Hashimi menyebut jumlah anggota ISIS yang masih ada di Irak lebih dari 1.000 orang, dengan 500 orang berada di gurun pasir dan sisanya di pegunungan.

Di sisi lain berbagai upaya untuk melacak jejak dan membunuh pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi sejauh ini belum membuahkan hasil.

Sementara, para anggota ISIS yang loyal kepada Al-Baghdadi diketahui aktif di berbagai negara Arab.

Di Suriah, meski masih mengusai sejumlah wilayah tetapi ISIS sudah amat lemah dari segi militer.

Di Mesir, ISIS terkonsentrasi di kawasan gurun Sinai utara yang nyaris tak berpenghuni.

Di Sinai, ISIS tidak menguasi sebuah wilayah tetapi kerap melakukan serangan gerilya terhadap pasukan Mesir.

Sedangkan di Libya, ISIS mencoba membangin kembali kekuatannya lewat unit-unit mobil di gurun pasir dan sel-sel tidur di kota-kota negeri tersebut.

Kembali ke Irak, ISIS mencoba mengambil keuntungan dari perpecahan etnis dan sektarian di Irak.

Baca juga: Gabung ISIS, Warga AS yang Ditangkap di Suriah Dikirim ke Negaranya

Sebelumnya, pasukan Irak dan Kurdi bahu membahu melawan ISIS tetapi hubungan kedua etnis itu merenggang setelah Kurdi berusaha menyatakan kemerdekaan tahun lalu.

Selain itu, minimnya kordinasi menyebabkan adanya kekosongan kekuasaan di kawasan-kawasan yang disengketakan antara Irak dan Kurdi, di sinilah ISIS mencoba mengambil kesempatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com