Tentunya, kata “susah” adalah sebuah peremehan jika membicarakan mengenai kengerian akibat kekerasan tersebut.
Pada Oktober 2004, personil militer dan polisi menembak mati 7 demonstran di distrik Tak Bai, Narathiwat. Mereka juga menangkap 78 orang, menumpuk mereka secara tidak manusiawi di atas truk seperti bangkai hewan.
Baca juga: Renungan Seorang Biksu Thailand
Tidak ada yang selamat: mereka yang tertangkap, semuanya tewas antara karena sesak nafas atau tertimpa oleh berat badan-badan tersebut.
“Karya saya –terutama yang terkini– tidak hanya mengenai pengalaman lokal. Karya saya universal. Di bawah kain itu, bukan hanya wanita Thailand,” kata Ampannee.
Beberapa hari setelah pembukaan galerinya, Ampannee melihat keluar jendela mobilnya dan menatap ke arah keramaian di jalanan Bangkok yang macet dan berisik. “Ada restoran dekat sini yang menyajikan masakan Pattani,” ucapnya dengan hangat.
Di dunia, di tempat yang banyak wanita Muslim dari beragam kewarganegaraan, bahasa, dan warna kulit sedang mengalami penindasan dalam beragam bentuk. Menemukan sebuah bahasa yang sama di dalam seni sangatlah penting jika seseorang ingin tetap tegar, apalagi dalam mengatasi kekerasan dan tragedi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.