Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Perhimpunan Pelajar Indonesia
PPI

Perhimpunan Pelajar Indonesia (www.ppidunia.org)

"Open Policy" Angela Merkel, Dua Sisi Kedatangan Imigran ke Jerman

Kompas.com - 05/07/2018, 21:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kedua, piramida penduduk Jerman didominasi oleh orang tua. Menurut data Kementerian Ketenagakerjaan Jerman, kurang lebih 30 persen penduduk berada pada usia 45-65 tahun. Hal ini diperkeruh dengan adanya penurunan angka kelahiran yang terus-menerus menurun.

Dengan semakin berkurangnya anak muda berusia produktif, Jerman jelas membutuhkan para pendatang untuk menopang keberlanjutan negaranya, terutama dalam bidang industri.

Di sisi lain, pemerintah Jerman menanggung untuk membayar semua kebutuhan para orang tua yang salah satunya dialokasikan dari pajak orang yang bekerja.

Para pendatang yang bekerja secara tidak langsung dibutuhkan untuk berkontribusi membiayai kebutuhan para orang tua.

Ketiga, membangun citra baik Uni Eropa. Sebagai salah satu raksasa Uni Eropa, Jerman ingin menunjukkan bahwa bahwa Uni Eropa masih peduli dengan imigran, terutama para pengungsi dan pencari suaka yang nasibnya terkatung-katung.

Paradigma ini cukup sukses dibangun oleh Jerman di dunia internasional, di tengah negara lainnya di Uni Eropa. Perancis dan Polandia, misalnya, dapat dikatakan tidak begitu terbuka dalam menerima dan membantu keberlangsungan hidup para imigran.

Di sisi lain, membantu para imigran dapat dikatakan sebagai salah satu bukti bagaimana menunjukkan Uni Eropa memiliki komitmen dalam membantu isu kemanusiaan di kancah internasional.

Berdasarkan tiga alasan tersebut, penulis ingin mengajak pembaca untuk melihat sisi lain dari isu imigran yang menjadi salah satu bahasan terhangat di Uni Eropa dan dalam hal ini spesifik di negara Jerman sebagai negara terbanyak yang menerima imigran.

Alih-alih berkutat melihat permasalahan dan kerugian dari kedatangan imigran, kita tidak bisa menutup mata bahwa negara sekelas Jerman pun tetap diuntungkan.

Tidak menutup kemungkinan bahwa Jerman justru akan mencapai tahap membutuhkan terutama ketika piramida penduduk semakin didominasi oleh orang tua dan Jerman membutuhkan anak muda untuk menjadi pekerja mereka, khususnya dalam memenuhi pekerjaan di ranah domestik dan upah murah.

Muthmainnah
Mahasiswa S2 jurusan Labor Polcies and Globalization di University of Kassel dan Berlin School of Economics and Law
Peneliti Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia

PPI Jerman (ppidunia.org)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com