Melalui tandem Mahathir-Syed Saddiq, Mahatir ingin memperlihatkan suatu hubungan khusus—jika tidak bisa disebut ketergantungan—Sesuatu yang dapat segera mengangkat para generasi milenial yang memiliki ide-ide yang autentik dan kredibel.
Ketua Pemuda partai BERSATU, Saddiq hampir selalu terlihat di samping atau tepat di belakang Dr. Mahathir, baik dalam konferensi pers ataupun di media sosial.
Bisa dikatakan, Saddiq merupakan sosok yang lebih dari sekadar wajah menawannya seperti yang dikatakan para pengkritiknya.
Dengan lebih dari 987.000 pengikut di Instagram (dan akan terus bertambah), ia juga melakukan sesi pertanyaan untuk pemimpin oposisi di Facebook Live, dimana hal tersebut semakin menampilkan kontribusi anak muda Malaysia dari semua lapisan masyarakat.
Saddiq juga sempat mengungkapkan sulitnya kondisi kerja dari 400.000 orang Johor yang setiap hari seperti pengalaman ayahnya bekerja di Singapura untuk mencari nafkah.
Dalam video yang menggetarkah hati, ditonton oleh 841.000 viewer di halaman Facebooknya, Saddiq bercerita tentang pengorbanan yang dilakukan ayahnya untuk menghidupi keluarga, dimana ayahnya harus bekerja selama 17 jam per hari.
Hubungan antara Mahathir dan Saddiq terlihat jelas dalam video YouTube berdurasi 29 menit yang beredar di awal tahun. Keduanya membahas bagaimana pemuda Malaysia bisa memperoleh manfaat dari belajar Bahasa Inggris.
Pada satu segmen, Saddiq membuat lelucon dengan memanggil Dr Mahathir sebagai “cikgu Mahathir” (yang berarti “guru Mahathir”), sesuatu hal yang hanya berani dilakukan oleh beberapa orang.
Saddiq merupakan sosok yang kini sedang naik daun. Mendapatkan jabatan di jajaran Kabinet dan menjadikannya sebagai salah satu Menteri termuda Malaysia.
Meski demikian, masih terlalu dini untuk menobatkan Saddiq sebagai salah satu orang yang berpotensi menjadi “pewaris” atau “penerus” Mahathir. Siapa pun yang mengetahui sejarah politik Malaysia pasti juga mengetahui apa dampak yang akan terjadi dari “penobatan” tersebut.