Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suriah Diduga Pakai Gas Beracun, AS-Rusia Bersitegang di PBB

Kompas.com - 06/02/2018, 11:04 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

NEW YORK, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) dan Rusia bersitegang ketika bertemu dalam sidang Dewan Keamanan (DK) PBB di New York, Senin (5/2/2018).

Sidang itu digelar menyusul adanya dugaan militer Suriah menggunakan gas beracun klorin lewat serangan udara kepada pemberontak di Provinsi Idlib Minggu (4/2/2018).

Akibat serangan yang dilakukan pesawat tempur rezim Bashar al-Assad tersebut, 20 orang dilaporkan tewas.

Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley menyebut adanya laporan tersebut seharusnya sudah menjadi bukti yang cukup bahwa Assad menggunakan senjata pemusnah massal.

"Kini, muncul lagi laporan rezim Assad memakai gas klorin melawan rakyatnya," ujar Haley seperti dilansir AFP Selasa (6/2/2018).

Baca juga : Serangan Udara Suriah di Wilayah Pemberontak Diduga Pakai Gas Beracun

Haley mendesak DK PBB agar memberikan "resolusi yang paling keras" kepada Damaskus.

Sebab, sejak 1 Februari 2018, Suriah dilaporkan beberapa kali menjatuhkan bom berisi gas beracun ke Ghouta Timur dan Douma.

Rusia melalui Duta Besar Vassily Nebenzia langsung membela sekutunya di Timur Tengah tersebut.

Nebenzia menuduh Washington tengah melakukan propaganda palsu untuk menimbulkan kesan Assad benar-benar menggunakan senjata kimia.

"Sudah jelas bagi kami bahwa tujuan mereka (AS) adalah menyalahkan pemerintah Suriah atas dugaan yang tidak diketahui pelakunya," kecam Nebenzia.

Nebenzia kemudian meminta kepada dewan agar dilakukan amandemen yang tidak menyebutkan sama sekali tentang adanya serangan di Ghouta Timur.

"Saya juga agar laporan yang muncul itu benar-benar diinvestigasi dengan teliti dan profesional," tegas Nebenzia.

Haley kemudian menolak usul tersebut, dan menuduh Rusia sengaja menghalangi resolusi PBB.

AFP melaporkan, Rusia sejatinya tidak keberatan mendukung resolusi PBB tentang adanya penggunaan senjata kimia ke arah pemberontak di Idlib.

Namun, Nebenzia keberatan karena proposal resolusi itu mengarahkan telunjuk ke arah rezim Assad.

Baca juga : Balas Serangan Gas Beracun, AS Tembakkan 60 Rudal Tomahawk ke Suriah

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Heather Nauert, mengaku sangat khawatir dengan manuver Rusia.

"Dengan melindungi rezim Suriah, Rusia tidak menunjukkan komitmennya," kata Nauert dalam pernyataan resmi.

Sebelumnya, seorang dokter bernama Jad berkata, dia melihat para pasien sudah menghirup gas klorin lewat bom yang dijatuhkan helikopter Suriah.

Bom tersebut, beber Jad, dijatuhkan di Saraqeb dan membuat 15 warga setempat menghirup gasnya.

"Kami mendapat foto-foto ini dari rumah sejumlah rumah sakit yang ada di sekitarnya dan dari Helm Putih," ujar Jad.

Adapun Helm Putih merupakan organisasi sukarelawan Pertahanan Sipil Suriah.

Selain itu, tiga anggota Helm Putih juga terpapar racun dan mengalami gangguan pernafasan, sama dengan penduduk sipil yang dibawa ke rumah sakit.

"Badan mereka berbau klorin dan mereka menunjukkan gejala-gejala seperti gatal pada mata dan agitasi," jelas Jad.

Sejumlah warga setempat menuturkan bom yang dijatuhkan dari helikopter mengeluarkan bau yang menyengat.

Pemerintah Suriah membantah tudingan bahwa pasukannya menggunakan senjata kimia dalam serangan tersebut.

Baca juga : Helikopter Pemerintah Suriah Jatuhkan Gas Klorin di Aleppo

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com