UNICEF menyebut 80 persen pengungsi Rohingya yang telah melarikan diri ke Bangladesh adalah perempuan dan anak-anak.
Di negara bagian Rakhine, pekerja UNICEF tidak dapat menjangkau 28.000 anak yang membutuhkan air bersih, dan sanitasi. Proyek perbaikan sekolah di sana pun telah ditangguhkan.
Guterres menulis surat ke Dewan Keamanan PBB untuk menyampaikan pesan keras kepada Myanmar mengenai perlunya mengakhiri kekerasan di Rakhine.
DK telah menggelar pertemuan minggu lalu untuk membahas krisis tersebut, namun tidak ada pernyataan resmi dari pertemuan tertutup tersebut.
Pemimpin de facto Myanmar, peraih Nobel dan ikon demokrasi Aung San Suu Kyi, mendapat kecaman atas ketidaksediaannya untuk berbicara melawan perlakuan Rohingya atau pun menghukum militer.
Namun, Guterres menolak untuk mengkritik Suu Kyi ketika ditanya tentang kegagalannya untuk berbicara. Dia hanya mengatakan, situasi yang terjadi di Myanmar saat ini amat rumit.
"Kami menginginkan Myanmar yang demokratis, tapi kami juga menginginkan Myanmar di mana warga Rohingya akan melihat hak mereka dihormati," ungkap Guterres.
Baca: Myanmar Dianggap Perlu Belajar ke Indonesia soal Keberagaman
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.