RAQQA, KOMPAS.com – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak pasukan koalisi asing pimpinan Amerika Serikat (AS) untuk menghentikan sementara serangan ke Raqqa, ibu kota “kekhalifahan” Islam versi kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).
Penghentian serangan sementara itu untuk untuk memungkinan evakuasi terhadap sekitar 25.000 warga sipil yang terjebak di dalam kota di Suriah utara itu.
Pekan lalu, kota itu dihantam 250 serangan udara, Kelompok pegiat hak asasi, Amnesty International, memperkirakan, ratusan warga sipil tewas sejak serangan koalisi dimulai Juni 2017.
ISIS dituduh oleh PBB dan badan-badan amal lainnya sengaja menggunakan penduduk sipil sebagai tameng manusia (human shield).
Jumlah korban jiwa sipil yang disebabkan serangan udara tampaknya meningkat terus-menerus dengan puluhan tewas dalam waktu sepekan terakhir, menurut sumber kelompok oposisi Suriah.
Baca: AS Serang Ibu Kota "Kekhalifahan" ISIS, 27 Warga Sipil Tewas
Namun, Komandan Koalisi AS, Letnan Jenderal Stephen Townsen mengatakan dia tidak mendapat informasi yang terbukti bahwa jumlah korban sipil meningkat dengan pesat di Raqqa.
Selain serangan udara koalisi, kelompok oposisi Pasukan Demokratik Suriah (SDF) juga melancarkan serangan meriam ke kota itu dan mereka diyakini sudah menguasi lebih dari setengah wilayah.
Terburuk di dunia
"Saya tidak membayangka tempat yang lebih buruk di dunia saat ini," kata Jan Egeland, penasehat kemanusiaan PBB untuk Suriah di Geneva, Swiss.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.