Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnu Nugroho
Pemimpin Redaksi Kompas.com

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Setelah 50 Tahun, Apa yang Membuat ASEAN Tetap Bertahan?

Kompas.com - 08/08/2017, 06:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAna Shofiana Syatiri

Surin menyebut, multilateralisme dan globalisasi merupakan kecenderungan jaman yang melingkupi lahirnya ASEAN. Dalam kredo mulitilateralisme seperti Uni Eropa dan APEC, ASEAN dilahirkan.

Terhadap globalisasi yang dibawa negara-negara maju, masing-masing anggota ASEAN berdialog dan bersiasat. Dalam tekanan globalisasi itu, keuntungan masing-masing negara diraih.

Naiknya separuh warga ASEAN dalam golongan kelas menengah yang memiliki daya beli tinggi adalah buah globalisasi.

Perubahan aturan main

Situasi ini membuat gerah negara-negara maju yang awalnya dominan dan mengancam dengan globalisasai. Mereka tidak tinggal diam. Sejumlah perubahan dilakukan untuk menata ulang aturan permainan.

Dalam dunia yang terus berubah ini, bagaimana ASEAN akan bisa terus bertahan?

Surin menyebut ASEAN perlu makin bersatu dan melekat satu sama lain. Terhadap setiap komitmen, 10 negara anggota ASEAN wajib mengimplementasikan seluas-luasnya agar berkontribusi baik bagi semua anggota.

Piagam ASEAN 2007 dan cetak biru Komunitas ASEAN adalah komitmen yang butuh wujud nyata. Komunitas global menunggu-nunggu hal ini.

Sukses masing-masing anggota ASEAN adalah bagaimana meningkatkan kontribusi untuk tingkat regional bukan pada banyaknya barang yang diproduksi atau yang dikumpulkan.

Untuk itu, rasa kepemilikan di antara anggota ASEAN perlu dipertebal. Kesiapan dana untuk mengatasi krisis perlu diwujudkan. Jika ada anggota yang mengalami krisis, dana bersama bisa dipakai tanpa harus meminta-minta ke Washington misalnya.

Mantan Sekretaris Jenderal ASEAN Surin Pitsuwan menyampaikan perspektif personalnya mengenai ASEAN 50 tahun ke depan dalam ASEAN Media Forum di Manila, Jumat (4/8/2017). Mantan Menteri Luar Negeri Thailand ini melihat ASEAN ke depan sangat optimistik.Wisnu Nugroho Mantan Sekretaris Jenderal ASEAN Surin Pitsuwan menyampaikan perspektif personalnya mengenai ASEAN 50 tahun ke depan dalam ASEAN Media Forum di Manila, Jumat (4/8/2017). Mantan Menteri Luar Negeri Thailand ini melihat ASEAN ke depan sangat optimistik.
Surin menyebut, pengelolaan hubungan ASEAN dengan China khususnya isu Laut China Selatan menjadi kunci terkait perubahan aturan main ini.

(Baca Juga: ASEAN Diminta Lebih Tegas Hadapi Ekspansionisme China)

Selain bersatu dan seling melekat, definisi ASEAN untuk pengelolaan keamanan perlu diperluas.

ASEAN perlu meninjau politik dan kesejahteraan sebagai masalah keamanan di luar keamanan wilayah yang makin rapuh di dunia yang terus berubah.

Untuk urusan politik dan kesejahteraan ini, negara-negara ASEAN akan lebih baik jika mendengarkan suara dan keprihatinan warganya masing-masing.

Sebagai organisasi yang “berorientasi pada warga”, prinsip-prinsip demokrasi dan hak asasi manusia adalah pegangan yang tepat bagi negara ASEAN untuk melangkah ke depan.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com