Keluarga para korban dicekam ketakutan yang hebat. Mereka diperingatkan untuk diam dan tidak boleh berkomentar apapun sekalipun kehilangan orang-orang yang dikasihi.
Seorang janda, yang dibawa ke mayat suaminya di sebuah hutan, berkata, "Para tentara menyuruh kami untuk tidak bersedih dan tidak menangis. Mereka mengatakan, jika kami berani menangis, kami akan mengambil risiko ditembak mati."
Seorang saksi lain atas pembunuhan tersebut mengatakan kepada HRW, "Kami tidak memiliki hak untuk bebas berekspresi. Jika kami membicarakan hal ini, kami akan berakhir di penjara atau hilang."
Baca: Belanda Tahan Tersangka Pembasmian Etnis di Rwanda
Rwanda mengalami kesuksesan karena mengalami kemajuan ekonomi, infrastruktur dan keamanan sejak genosida tahun 1994 di mana sekitar 800.000 orang, kebanyakan orang Tutsi, tewas.
Namun, ketakutan dan kekerasan meningkat dalam beberapa dalam beberapa tahun terakhir.
Sebuah laporan oleh Amnesty International minggu lalu memperingatkan bahwa dua dekade represi telah menciptakan "iklim ketakutan" menjelang Pilpres Rwanda bulan depan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.