Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

50.000 Warga Sipil Masih Terjebak, dan Dihantui Krisis Air di Raqa

Kompas.com - 11/07/2017, 20:57 WIB

JENEWA, KOMPAS.com - Setidaknya, 50.000 warga sipil masih terjebak di tengah peperangan, di lokasi yang dikuasai kelompok teroris di Raqa, Suriah.

Lembaga Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk masalah pengungsi UNHCR, juga memperingatkan bahwa pasokan air dan kebutuhan lainnya di lokasi itu kian menipis.

"PBB memperkirakan, antara 30.000-50.000 orang masih terjebak di kota Raqa."

Demikian diungkapkan Jurubicara UNHCR Andrej Mahecic di Jenewa, Swiss, Selasa (11/7/2017), seperti diberitakan AFP.

Angka tersebut turun dari jumlah semula yang mencapai 100.000 orang pada akhir Juni.

Pasukan yang didukung Amerika Serikat telah mendekati titik terakhir pertahanan kelompok teroris Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).

Sebelumnya, sejak sepekan lalu, pasukan pemerintah sudah menembus lokasi di kota tua itu.

Kendati demikian, diperkirakan masih ada 2.500 teroris yang bertahan di wilayah tersebut.

Mahecic menekankan, sulit untuk memastikan jumlah yang presisi, karena kurangnya akses ke wilayah Raqa bagi badan-badan PBB.

Namun dia memastikan, ketersediaan makanan, air, obat-obatan, listrik, dan kebutuhan lainnya telah berkurang drastis.

"Situasi pun semakin memburuk," kata Mahecic.

"Sangat penting baagi warga sipil yang terjebak dapat menemukan jalur yang aman -untuk mendapat keselamatan, dan perlindungan."

Teroris ISIS menyerbu Raqa pada awal 2014, dan mengubah kota utara menjadi Ibu Kota "de facto" Suriah, bagi "kekhalifahan" mereka.

Dengan bantuan dari koalisi pimpinan AS, aliansi pejuang Kurdi dan Arab yang disebut Pasukan Demokratik Suriah melakukan serangan sengit untuk mengusir ISIS dari kota.

Kota Raqa mengalami kesulitan air selama beberapa minggu terakhir, setelah jaringan pipa yang ada rusak akibat pengeboman berat.

Kerusakan itu pun diduga termasuk akibat serangan pasukan koalisi AS.

Warga sipil yang mengalami dehidrasi karena musim panas bergegas ke sungai Efrat dan sumur darurat di sekitar kota.

Mereka mempertaruhkan nyawa di tengah pertempuran yang semakin meningkat.

Para pegiat kemanusian mengaku telah mendokumentasikan gejala penyakit yang ditularkan melalui air, akibat meminum air sungai.

Warga pengungsi umumnya mengalami demam dan kehilangan kesadaran, hingga muncul kekhawatiran akan terjadi masalah kolera.  

Jurubicara UNHCR mengatakan, lembaga tersebut telah menuntaskan pengiriman konvoi kemanusiaan pertama melalui jalan darat dari sekitar Raqa ke Qamishli di timur laut Suriah.

Empat konvoi, yang berjumlah 22 truk, membawa tenda, selimut, jeriken, dan barang kebutuhan lain untuk para pengungsi yang telah mencapai Qamishli.

Jalan tersebut sebelumnya tertutup akibat pertempuran selama hampir dua tahun.

Kondisi itu memaksa badan-badan PBB menggunakan pengangkutan udara yang mahal, demi menjangkau 430.000 pengungsi di sekitar Raqa.

Baca: Sekjen PBB Serukan Perlindungan bagi Warga Sipil yang Terjebak di Raqa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com