Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Eva Christiane, Perempuan Jerman Perawat Wayang Kulit

Kompas.com - 25/04/2017, 14:59 WIB

Kekhawatiran lainnya, adalah ringkihnya kondisi wayang-wayang kulit itu.

"Bayangkan, usianya sudah ratusan tahun. Kondisi catnya, kulitnya, tentu perlu penanganan yang benar,“ imbuhnya.

Di museum-museum Eropa itu, memang terdapat banyak ahli restorasi. Namun, Eva tidak yakin mereka memiliki tenaga khusus untuk merawat wayang kulit.

Eva sempat merestorasi sebuah wayang kulit Hanoman, yang usianya sudah ratusan tahun. "Catnya sering rontok, harus hati hati sekali," katanya.

Penjelajahan Eva tak hanya berhenti di Eropa. Dia sempat mengunjungi museum di Taipei, Taiwan. Juga, pada akhirnya, mendarat di Yogjakarta dan Surakarta.

"Melihat bagaimana wayang di tanah asalnya, dimainkan, rasanya menakjubkan," kenangnya.

Bagaimana seorang dalang, misalnya, memainkan peran sentral dalam sebuah pagelaran, bagi Eva, adalah sebuah kisah yang menancap di benaknya.

"Bisa bersuara ini dan itu, bisa menjelaskan filosofi hidup, dan lain lain dan sebagainya yang cukup kompleks, seorang dalang harus bisa, semua itu menakjubkan," katanya.

Saat ditanyaapakah Eva akan belajar menjadi sinden di masa depan, perempuan Jerman itu tidak menampiknya.

"Saya tidak akan bilang nein (tidak), tapi menjadi seorang sinden tentu sangat sulit,“ akunya.

Baginya, kesatuan yang dibangun antara dalang, sinden, juga penabuh gamelan, dalam pertunjukan wayang kulit, adalah keindahan yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.

Sosok Eva, perempuan Jerman yang memiliki ketertarikan besar terhadap kesenian wayang kulit disambut baik KBRI Bern.

"Selama ini banyak warga asing yang tertarik mempelajari budaya Indonesia, tapi apa yang dilakukan Eva cukup istimewa,“ tutur Sasanti Nordewati, sekretaris pertama KBRI Bern.

Selama ini, imbuh Sasanti, Indonesia lebih terpromosikan melalui keindahan bentang alam dan cita rasa kulinernya.

"Kalau budaya, apalagi wayang kulit,  masih jarang,“ tutur Sasanti .

Apa yang dilakukan  Eva, masih kata Sasanti, tak hanya mempromosikan keberadaan wayang kulit Indonesia di Eropa.

"Tapi juga membuka jalan kerja sama dua negara, Swiss dan Indonesia,“ imbuh Sasanti.

Baru baru ini, kunjungan kerja kalangan parlemen Indonesia sempat bertukarpikiran  tentang wayang kulit dengan Eva. (Krisna Diantha)

 

 


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com