WASHINGTON, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson menyebut Rusia telah gagal mengemban tanggung jawab dalam komitmen 2013, untuk menjaga penggunaan senjata kimia Suriah.
Tillerson menyampaikan pandangan singkatnya tak lama setelah militer AS melancarkan serangan mendadak ke sebuah pangkalan udara di Provinsi Noms, Suriah, Jumat WIB (7/4/2017).
Serangan 60 peluru kendali tomahawk dari dua kapal perang AS yang berada di Laut Tengah dilakukan sebagai tindak balas dendam atas serangan gas beracun yang terjadi di Provinsi Idlib.
Baca: Balas Serangan Gas Beracun, AS Tembakkan 60 Rudal Tomahawk ke Suriah
Menlu AS pun menyebut, ada kemungkinan Rusia terlibat secara ilegal di Suriah, atau memang negara itu tak kompeten dalam menegakkan pemenuhan kesepakatan tersebut.
Kesepakatan yang dimaksud Tillerson adalah kesepakatan yang dicapai setelah sebuah serangan senjata kimia di negara itu tahun 2013.
Presiden AS Barack Obama mengeluarkan ancaman serangan udara kala itu, namun tak pernah mewujudkan ancaman tersebut.
Baca: Balas Dendam Pakai 60 Rudal Tomahawk ke Suriah, Apa yang Disasar AS?
Kini, di era Presiden Donald Trump, sebuah serangan tiba-tiba dilancarkan, dan dengan tegas disebut sebagai pembalasan atas aksi Suriah yang melakukan serangan senjata kimia.
Seperti diberitakan Associated Press, Pemerintah Suriah terus membantah tuduhan penggunaan senjata kimia dalam serangan di Idlib.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.