Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Netanyahu dan Erdogan Sambangi Rusia Bahas Suriah

Kompas.com - 09/03/2017, 19:19 WIB

MOSKWA, KOMPAS.com - Jelang akhir pekan ini, Rusia kedatangan tiga tamu penting. Seorang di antaranya adalah Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, yang akan meminta Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk mengekang Iran dalam perang di Suriah.

Presiden Rusia Vladimir Putin mendapat agenda padat jelang akhir pekan. Rusia, Kamis (9/3/2017), kedatangan kepala negara dari Israel, dan Turki, dan Menteri Luar Negeri Jerman.

Deutche Welle melaporkan, kehadiran tiga tamu penting tersebut diyakini terkait pembahasan keamanan regional dengan konflik Suriah dan Ukraina sebagai agenda utama.

Menurut siaran pers Kremlin, Presiden Putin dijadwalkan bertemu dengan Netanyahu untuk membahas "perang melawan terorisme internasional" dan "aspek terpenting dalam isu pemukiman di Palestina dan Israel."

Netanyahu diyakini akan mendesak Putin buat menggunakan pengaruhnya di Teheran untuk menarik mundur Garda Revolusi Iran dari Suriah, termasuk kelompok Hezbollah.

Jerusalem mengkhawatirkan Iran yang ingin memanfaatkan konflik Suriah untuk perlahan membangun kekuatan militer di Dataran Tinggi Golan.

Menurut harian pemerintah, Isvestiya, Netanyahu diyakini ingin meminta "akses informasi atas apa yang terjadi di kawasan perbatasan untuk memonitor aktivitas Hezbollah dengan lebih seksama."

Sementara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang dijawadlkan tiba di Moskwa pada Kamis (9/3/2017) malam atau Jumat (10/3/2017) di hari WIB, juga diyakini akan membahas konflik Suriah dengan Putin.

Selain itu pemimpin Turki itu juga akan membahas sejumlah perjanjian perdagangan, antara lain di bidang pertahanan dan energi – seperti ihwal pembangunan pipa gas dan pembangkit listrik bertenaga nuklir.

Sebaliknya Menlu Jerman, Sigmar Gabriel, membawa misi yang lebih pelik.

AFP/Odd Andersen Sigmar Gabriel
Gabriel ditugaskan untuk meredakan ketegangan dengan Moskwa, sembari tetap membahas sejumlah isu sensitif semisal konflik di Ukraina.

Perang antara separatis pro-Rusia dan pemerintah itu saat ini berusaha dimediasi oleh Perancis dan Jerman.

Namun, hingga kini perjanjian damai Minsk yang disepakati dua tahun silam masih sulit diimplementasikan, antara lain akibat sikap keras kepala pasukan pemberontak.

Sebab itu Eropa ingin melibatkan Amerika Serikat (AS) sebagai mediator.

Hal tersebut juga akan dibahas di Moskwa. Namun Gabriel mewanti-wanti, "kembalinya Perang Dingin," ujarnya, "harus dihindari dengan cara apapun."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com