Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pascal S Bin Saju
Editor

Wartawan, mendalami isu-isu internasional dan penyuka Sepak Bola

Selamat Datang Raja Salman, Apa Kabar Suriah dan Yaman?

Kompas.com - 27/02/2017, 18:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Setidaknya, begitu juga terkait dengan lawatan langka Salman ke Indonesia.

Isu-isu bilateral, seperti kerja sama sosial, politik, investasi atau ekonomi, tenaga kerja, dan sektor lainnya bakal menjadi topik pertemuan Raja Salman dan Presiden Joko Widodo.

Namun, rasanya sulit juga untuk kita tidak mengaitkan lawatan Raja Salman dengan persoalan kawasan Timur Tengah, di mana Iran “bermain”.

Perang saudara di Suriah, yang menyebabkan lebih dari 300.000 orang tewas dan lebih dari 11 juta orang mengungsi, telah memasuki tahun keenam, terhitung sejak Maret 2011.

Konflik Suriah tak lagi menjadi persoalan domestik Suriah saja, tetapi melebar ke negara-negara tetangga (Lebanon, Irak, Turki, dan Jordania) dan menjadi ancaman bagi keamanan internasional.

Potensi perluasan konflik Suriah sangat terbuka karena posisi negara tersebut berada di episentrum pertarungan politik kawasan Timur Tengah, yang telah berimbas ke hubungan lintas kawasan.

Arab Saudi dan Indonesia merupakan bagian komunitas dunia.

Dalam mengupayakan perdamaian global, keduanya harus bersikap lebih aktif mencari solusi damai dalam konflik panjang Suriah.

Dari kawasan Asia Tenggara, Indonesia bisa berbagi pengalaman tentang bagaimana berperan dalam menghadapi dan menyelesaikan konflik Myanmar dan sengketa maritim di Laut China Selatan.

Arab Saudi harus giat memainkan peran yang konkret bagi perdamaian di Timur Tengah dengan menjalin komunikasi politik aktif dengan sesama negara berpenduduk mayoritas Muslim, termasuk Indonesia.

Kondisi geopolitik kawasan memang rumit, terutama ketika berurusan dengan masalah klasik yang berbau sektarian, seperti Syiah dan Sunni, yang di Indonesia justru berdampingan secara damai.

Zuhairi Misrawi, pemikir muda Muslim dan pemerhati masalah Timur Tengah mengatakan, dalam konteks geopolitik, Indonesia bisa mendorong perdamaian dunia, karena bagaimana pun Arab Saudi menjadi salah satu pemain penting dalam geopolitik di Timur Tengah.

“Oleh karenanya, Indonesia bisa meminta kepada Raja Salman agar turut serta di dalam menjaga perdamaian dunia,” katanya.  

Langkah Arab Saudi membentuk koalisi militer baru negara-negara Teluk menghadapi terorisme dalam konflik Suriah pada Desember 2015, sebenarnya tidak berbeda dengan langkah sekutunya, AS, dan Rusia yang mengambil aksi militer di Suriah.

Berbeda dengan Indonesia yang melakukan pendekatan dialog dalam bingkai sikap politik besas dan aktif dalam mengakhiri konflik Suriah. Indonesia mengedepan dialog, Arab Saudi memakai senjata.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com