Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang Mahasiswa Indonesia di Perth, Australia Alami Kekerasan Fisik

Kompas.com - 23/12/2016, 19:46 WIB

PERTH, KOMPAS.com - Seorang mahasiswa PhD Indonesia di Perth, Australia Barat, mengalami penyerangan fisik dengan dugaan motif perampokan, Rabu (21/12) malam waktu setempat.

Sempat dirawat di rumah sakit, mahasiswa Universitas Murdoch ini telah kembali ke rumahnya pada Kamis (22/12/2016).

Dilaporkan, pada Rabu (21/12) sekitar pukul 21.00 waktu Perth, Irwansyah Jemi, mahasiswa doktoral asal Indonesia di Universitas Murdoch, mengalami penyerangan di dekat rumahnya, di wilayah Kardinya.

Saat itu, Jemi – begitu ia akrab disapa, tengah berjalan pulang dari supermarket menuju rumahnya ketika tiba-tiba ia didekati sekelompok pemuda.

“Saya pulang dari supermarket, sempat mampir warung sebentar, terus jalan ke arah rumah sekitar jam sembilan malam kurang, jadi bukan tengah malam juga, tiba-tiba ada mobil sedan warna gelap berhenti dua rumah dari rumah saya dan saya lihat ada anak-anak muda kulit putih keluar dari mobil,” ceritanya kepada Australia Plus ketika dihubungi melalui sambungan telepon.

Tak memiliki prasangka apapun dan bahkan sempat membalas sapaan si pelaku, Jemi begitu kaget ketika ia dipukul.

“Satu anak mendekati saya, dia menyapa ‘Hi mate’, saya jawab ‘Hi, how are you?’ sambil terus berjalan seperti orang ketemu di jalan, ternyata respon dia mukul muka saya. Saya kan kaget, jadi agak terhuyung, dan terus temannya ikut nendangin saya,” tutur pria yang telah tinggal di Australia selama tiga tahun ini.

Kelompok anak muda ini, dikisahkan Jemi, berusaha merampok dan mencari dompetnya.

“Akhirnya mereka mengambil tas saya, padahal dompet saya taruh di saku belakang celana.”

Jemi lantas menyambung, “Saya teriak ‘help..help..help..’ karena ada mobil yang lewat, tapi ternyata nggak berhenti. Mungkin karena panik takut ketahuan, anak-anak ini terus lari ke dalam mobil. Seingat saya mereka ada 3-4 orang.”

Ia kemudian berjalan tertatih-tatih menuju rumah dan mencari pertolongan.

“Awalnya, saya menghubungi teman-teman Indonesia, tapi karena mata saya sakit dan berdarah-darah, dan penglihatan kabur karena habis dipukul, akhirnya saya minta tolong tetangga Australia saya. Dia akhirnya menelepon ambulans. Lalu saya dibawa ke rumah sakit,” lanjut mahasiswa PhD bidang studi ekonomi politik ini.

Jemi mengatakan, polisi telah memintainya keterangan atas kejadian itu.

“Tadi pagi jam tiga, polisi sudah datang menemui saya. Ekspektasi saya, karena kejadiannya ada di lingkungan hunian dan ada kamera, polisi bisa mengeceknya,” kata korban -yang mata sebelah kirinya belum bisa melihat secara normal akibat aksi penyerangan.

Berharap pelaku terungkap

Konsulat Republik Indonesia di Perth telah menerima laporan mengenai kasus yang menimpa Jemi.

“Pada Rabu sekitar pukul 12 tengah malam, kami mendapat kabar soal kejadian itu, jadi itu ketika korban sudah mau pulang dari rumah sakit. Kami sudah menjenguk Pak Irwansyah pada Kamis  pagi, dan beliau sendiri sudah kembali ke rumah walau masih harus menjalani perawatan lanjutan,” terang Bramantya Dwiputra Widodo, Konsul Muda Penerangan, Sosial dan Budaya.

Konsulat juga mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Kepolisan Australia Barat untuk penanganan kasus ini.

“Masih terlalu dini untuk mengambil kesimpulan motifnya, karena polisi WA (Australia Barat) masih menyelidiki ini. Yang jelas, daerah itu sebenarnya daerah yang aman,” ujar Bramantya kepada Australia Plus.

Hingga berita ini ditulis, Jemi mengaku masih kaget dan tak mengetahui motif penyerangan yang dialaminya.

“Saya terus terang nggak menyangka, nggak curiga sama sekali, karena memang juga tidak mencium bau alkohol, dan mereka menyapa dulu. Lagian, daerah rumah saya juga sebenarnya bukan daerah yang banyak kasus.”

Ia merasa penyerangan itu memiliki motif lain di luar perampokan.

“Saya jadi bertanya-tanya, kenapa saya? Padahal mereka bawa mobil, kenapa menyerang saya yang berjalan kaki?. Saya jadinya merasa ada sentimen rasial, tapi itu hanya perasaan saya ya jadi belum terbukti,” tuturnya.

“Saya berharap kasus ini bisa terungkap dan pelakunya tertangkap,” imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com