Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Makna Trump bagi Asia Tenggara

Kompas.com - 10/11/2016, 11:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorTri Wahono

Saat ini, apa yang dapat kita, sebagai warga Asia Tenggara, harapkan jika yang baru terjadi adalah sesuatu yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya?

Donald Trump, pengusaha real estate yang beralih menjadi politisi ini berhasil menepis keraguan berbagai kalangan dengan kemenangannya meraih kursi Presiden AS ke-45 setelah mengalahkan Hillary Clinton.

Saat saya menulis kolom ini, Trump telah meraih 276 suara di Electoral College Votes dengan kemenangan telak di negara bagian Florida, North Carolina, Ohio, dan Pennsylvania. Sebenarnya sudah cukup bagi Trump untuk memenangkan pemilihan Presiden dengan mengumpulkan minimal 270 suara dari Elektoral College Vote.

Ini merupakan hasil yang menakjubkan dari sebuah pemilihan yang prosesnya bak roller-coaster, menegangkan, ditandai dengan retorika panas Trump terhadap berbagai kelompok serta skandal e-mail pribadi Hillary dan "permainan" suaminya, Bill Clinton di The Clinton Foundation.

Amerika, ini harus disampaikan, telah memiliki "Duterte" nya sendiri --politisi Filipina yang karismatik yang tanpa diduga sebelumnya telah membalikkan penilaian orang, tidak hanya pada persoalan intrik di kalangan elit politik Manila, tetapi juga dalam hal politik dan hubungan international, yang kita pikir selama ini kita sudah benar.

Kehadiran Trump boleh jadi akan memunculkan kekhawatiran Barat yang sebelumnya dikejutkan oleh kemenangan suara warga Britania Raya yang memilih Brexit. Awal tahun ini kekhawatiran itu menjalar di Amerika.

Perkembangan ini tentu akan memunculkan banyak sekali analisis, tetapi saya ingin fokus pada "kepentingan mendesak" kita di wilayah: apa yang bisa kita harapkan dari kepemimpinan Trump?

Jawaban yang paling jelas adalah bahwa kita sama sekali tidak tahu.

Trump adalah sosok yang tidak dapat diprediksi, Dia adalah maverick – seorang yang eksentrik. Dia berhasil mengangkat isu-isu warga kulit putih, kaum pekerja, dan masyarakat pedesaan.

Mereka adalah warga Amerika yang merasa ditinggalkan dan terasing akibat perubahan yang terjadi di dalam masyarakat Amerika selama beberapa dekade terakhir. Kehidupan berkomunitas dan mata pencaharian mereka rusak akibat perkembangan teknologi dan perdagangan bebas.

Pergeseran dalam tatanan sosial itu terjadi di bawah "Koalisi Multikultura" Presiden Obama yang mendukung kaum minoritas dan mengejutkan kaum konservatif karena kekuatan mereka.

Trump, bersama para pendukungnya geram atas apa yang mereka lihat selama ini, yakni adanya perlindungan spesial bagi kaum elit metropolitan, termasuk dunia New York Times, Beyonce, dan Jay-Z, serta "New Establishment".

Kini, banyak dari mereka, khususnya yang bergerak di industri teknologi, sedang memikirkan bagaimana bekerja sama dengan "The Donald".

Trump dan para pendukungnya juga akan berusaha menyingkirkan segala sesuatu yang bersifar permisif (terbuka), dan toleransi liberal terhadap minioritas, untuk kembali pada nilai-nilai yang diyakini Amerika, yakni, nilai-nilai Kristiani, ras kulit putih (di atas ras kulit berwarna), dan dominasi laki-laki.

Trump jelas-jelas telah berhasil memanfaatkan kebingungan dan kemarahan jutaan warga kulit putih dengan menciptakan hubungan yang kuat atas dasar kesamaan identitas dan nasib sebagai korban ketidakadilan. Pada saatnya nanti, ini akan menjadi faktor yang menghalangi upaya Partai Republik untuk mengontrol dia.

KARIM RASLAN Donald Trump saat kampanye di Dallas, Texas.
Saya melihat keputusasaan warga kulit putih yang mendalam ketika saya melewati beberapa hari di akhir masa kampanye Trump di Grand Rapids, Michigan. Kerumunan pendukung Trump di hari terakhir kampanye itu begitu besar dan mereka sangat emosional, sehingga menyulitkan saya untuk bisa masuk ke dalam gedung.

Pada dasarnya, Trump sukses mengubah dirinya dari pengusaha real estate menjadi operator media dan sekarang politisi Partai Republik yang luar biasa. Dalam perjalanannya dia telah menunjukkan dua sisi karakternya yang kontradiktif, cerdas dan brutal.

Namun, sekali lagi, apa dampak Trump bagi kami yang berada di Asia Tenggara?

Negara-negara di Asia Tenggara telah nyaman dengan kehadiran kekuatan militer dan politik Amerika dalam beberapa dekade terakhir, juga posisi Amerika sebagai importir terbesar dunia.

Tapi ini semua akan berubah. Asia Tenggara kemungkinan harus "membayar" kehadiran Amerika di kawasan ini. Itu artinya kita harus melupakan konsep Poros Asia Pasifik yang sebelumnya dibangun Obama.

Trans-Pacific Partnership juga hanya akan menjadi sejarah dalam pemerintahan Trump yang diperkirakan akan sangat nasionalistis dan proteksionistis.

Sementara China dan Xi Jinping sedang mengumpulkan kekuatan baik di domestik maupun internasional—terbukti dengan terbangunnya poros baru “Duterte to Beijing”.

Atau mungkin saja kebijakan Trump tidak akan seburuk yang kita bayangkan. Trump bisa saja membuat penawaran dengan China dan Rusia untuk membangun semacam arah dunia yang baru.

Visi Trump untuk menjadikan Amerika sebagai negara yang kuat bisa mengubah tatanan dunia, dengan menarik diri dari perannya selama ini sebagai penjaga keamanan dunia dan nilai-nilai demokrasi.

Amerika versi Trump mungkin hanya lebih tangguh dan pragmatis, membiarkan China mengambil apa yang menurutnya benar, sambil tetap mempertahankan kekuasaan dalam berbagai hal.

Atau mungkinkah ini menjadi seperti yang diramalkan The Doomsayers bahwa kemenangan Trump seperti peristiwa 1930-an yakni masyarakat berbalik melawan ketidakadilan dan mendukung ideologi jahat? Nah, siapa yang bisa mengontrol Trump jika ini terjadi?

Masalah utamanya adalah kita sama sekali tidak tahu. China dan Rusia mungkin gembira menyambut Trump. Tapi satu hal yang perlu diwaspadai dari dirinya adalah sifatnya yang tidak terprediksi. Pada satu saat, ini bisa menyulitkan China dan Rusia dalam jangka panjang.

Pemilihan Presiden Amerika telah berakhir malam kemarin. Akan tetapi ketidakpastian baik untuk Amerika, wilayah kita, dan dunia, baru saja akan dimulai.

*Artikel CERITALAH USA--akan terbit setiap hari mulai Kamis (3/11/2016)-- merupakan rangkaian dari CERITALAH ASEAN, yang ditulis dari perjalanan Karim Raslan selama 10 hari ke AS dalam rangka mengamati pemilu di sana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com