Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ericssen
Pemerhati Politik

Pemerhati Politik Amerika, Politik Indonesia, dan Politik Elektoral

Saat Trump Terjebak Umpan Hillary

Kompas.com - 28/09/2016, 09:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Seperti yang telah kita saksikan, setelah sibuk membela diri menjawab mengapa dia tidak kunjung merilis catatan pajak yang telah dibayarnya, Trump tampil defensif di sisa debat.

Dia dibuat kewalahan meladeni sejumlah topik, khususnya mengenai teori konspirasi tempat kelahiran Presiden Barack Obama, yang selama ini disebutnya tidak lahir di tanah AS.

Trump berkali-kali mencoba mengalihkan topik dan secara tidak langsung menuduh bahwa tim kampanye Hillary pada tahun 2008 menyebarkan teori konspirasi itu.

Pebisnis kontroversial ini semakin lama semakin tidak koheren dan malah menyebut bahwa yang penting dia sudah berhasil membuat Presiden Obama menunjukkan sertifikat kelahirannya.

Jika kegagalan menjawab mengenai pajak telah melukai Trump, maka kegagalannya mengklarifikasi teori konspirasi itu menghancurkan performa debatnya.

Saking sibuknya membela dirinya, Trump secara mengejutkan “kelupaan” menyerang Hillary mengenai ketidaktransparanan Yayasan Clinton, penggunaan e-mail pribadinya ketika menjabat Menlu, dan juga skandal perselingkuhan suami Hillary, mantan Presiden AS, Bill Clinton.

Bisa dikatakan, Trump gagal memanfaatkan debat pertama ini untuk memperkuat momentumnya dalam beberapa pekan terakhir.

Jajak pendapat sejak awal September menunjukkan, Trump berhasil memotong keunggulan Hillary dalam survei. Sebelum debat, kedua capres ini terpaut hanya 1-2 poin. Hillary unggul sangat tipis dalam sejumlah survei.

Namun, pemilik sejumlah kasino ternama ini telah membuang kesempatan emas untuk menunjukkan bahwa dia dapat terlihat presidensial di panggung debat, khususnya untuk meyakinkan pemilih swing voters yang belum memutuskan pilihannya.

Trump juga membuat dua basis pemilih lainnya, yaitu pemilih wanita berpendidikan universitas dan pemilih yang tinggal di kawasan suburban, semakin yakin untuk tidak memilihnya.

Dua kelompok pemilih ini umumnya loyal memilih capres dari Partai Republik. Namun, sejauh ini, sejumlah hasil survei menunjukkan, mereka tidak kunjung membulatkan hati untuk memilih Trump.

Alasannya karena mereka tidak menyukai sosok Trump yang dinilai tidak presidensial dan memiliki temperamen yang buruk.

Pemilih wanita semakin skeptis memilih Trump setelah komentarnya yang mengkritik mantan Miss Universe, Alicia Machado, yang menurutnya terlalu gemuk; topik yang sangat sensitif untuk kaum wanita.

Hillary yang merupakan seorang pengacara andal sebelum terjun ke politik, berhasil mendikte jalannya debat dengan mencari kapan waktu yang tepat untuk menyerang Trump hingga dia tidak kunjung sempat untuk balik menyerangnya.

Skor debat adalah 1-0 untuk Hillary Clinton. Masih ada dua debat capres berikutnya, tanggal 9 dan 19 Oktober.

Namun, yang pasti, untuk debat ini, Hillary keluar sebagai pemenang dan berpotensi menambah 2-3 poin dalam hasil survei untuk meninggalkan kembali Trump yang sempat menyusulnya. Hillary kembali menjadi favorit untuk memenangi tiket menuju Gedung Putih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com