Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serba-serbi Tradisi "Pernikahan Hantu" di China

Kompas.com - 29/08/2016, 13:35 WIB

Selama bertahun-tahun sudah ada bukti bahwa ritual ini mengalami perubahan tertentu di wilayah-wilayah tertentu di China.

Ada kasus-kasus orang yang masih hidup "menikah" dengan mayat dalam suatu ritual rahasia.

Namun, yang lebih mengkhawatirkan adalah adanya laporan-laporan perampokan makam dan bahkan kasus pembunuhan.

Pada tahun 2015, dilaporkan ada 14 mayat perempuan yang dicuri di satu desa di provinsi Shaanxi.

Para warga desa mengatakan, para penggali kubur mencuri mayat-mayat itu untuk dijual.

Menurut Huang Jingchun, Kepala Departemen Sastra China di Shanghai University yang melakukan studi lapangan soal "pernikahan hantu" di Shaanxi antara tahun 2008 dan 2010, harga mayat atau tulang belulang wanita muda meningkat tajam.

Pada saat ia melakukan penelitian, harga jasad atau tulang belulang itu antara 30.000 dan 50.000 yuan (Rp 60 juta-Rp 100 juta).

Ia memperkirakan sekarang ini harganya bisa melambung sampai 100.000 yuan (sekitar Rp 200 juta).

Pada tahun 2006, pemerintah sudah menetapkan hukum yang melarang perdagangan mayat. Namun, para perampok tetap saja berkeliaran menggali kuburan.

Tahun lalu, seorang pria yang ditangkap di Liangcheng, Mongolia, mengatakan kepada polisi bahwa ia membunuh perempuan korbannya untuk menjual mayatnya kepada keluarga yang mencari pasangan "pengantin hantu".

Mengapa ini terjadi?

Alasan melakukan tradisi ini berbeda dari wilayah ke wilayah. Di beberapa kabupaten di China, seperti Shaanxi, tempat terjadinya kasus pembunuhan terbaru, banyak sekali pria muda lajang bekerja di pertambangan batubara, yang memiliki angka kematian tinggi.

"Pernikahan hantu" dilakukan sebagai bentuk kompensasi emosional bagi keluarga yang ditinggalkan.

Mencari mempelai perempuan yang sudah meninggal adalah sesuatu yang bisa mereka lakukan untuk anak laki-laki mereka yang mati muda saat mencari nafkah.

Namun, rasio perbandingan jenis kelamin juga signifikan. Pada tahun 2014, hasil sensus menunjukkan bahwa perbandingan angka kelahiran adalah 115 anak laki-laki untuk setiap 100 anak perempuan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com