Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Haruskah Anggota Komunitas Gay Dilarang Mendonorkan Darah?

Kompas.com - 21/06/2016, 23:00 WIB

KOMPAS.com - Tak lama setelah peristiwa penembakan massal di sebuah kelab malam khusus gay di Orlando, Amerika Serikat tersiar ke publik, ribuan anggota komunitas homoseksual antre untuk menyumbang darah.

Namun mereka ditolak karena kebijakan pemerintah AS yang melarang laki-laki gay yang aktif secara seksual selama setahun terakhir untuk menyumbangkan darah.

Kebijakan ini kembali menimbulkan kemarahan sejumlah anggota komunitas gay.

Hingga tahun lalu, laki-laki gay dan biseksual sama sekali dilarang menyumbang darah. Sebab, mereka dianggap berisiko tinggi mengidap HIV, dan lalu mencemari pasokan darah.

Tahun lalu, Badan Urusan Obat dan Pangan Amerika FDA merevisi kebijakan itu. Kini bank-bank darah bisa menerima sumbangan darah dari laki-laki gay.

Namun hal itu hanya terjadi jika mereka terbukti tidak aktif secara seksual selama satu tahun.

Meskipun hal ini merupakan suatu kemajuan, Direktur Penelitian Kebijakan Publik di Institut Fenway, Boston, Sean Cahill menilai kebijakan ini masih tidak adil.

Institut itu mendorong kesehatan publik komunitas LGBT.

Cahill mengatakan aturan baru itu tidak berlaku bagi laki-laki yang memiliki hubungan monogami, atau menikah, atau terbukti tidak mengidap HIV.

Cahill lantas menyebutkan, individu-individu yang berpotensi berisiko tinggi justru tidak dilarang menyumbang darah.

Mereka adalah kelompok heteroseksual yang melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks. Atau, para penyalahguna narkoba lewat jarum suntik yang mungkin menyumbang darah supaya mendapat imbalan uang untuk membeli narkoba.

“Kami benar-benar ingin melihat kebijakan yang membedakan antara gay dan laki-laki biseksual yang berisiko tinggi, gay, dan laki-laki biseksual yang berisiko rendah, dengan benar-benar melihat individu yang berisiko dibanding melihat orang karena anggota suatu kelompok,” ujar dia.

Cahill mengungkapkan, sekitar 15 persen laki-laki gay di AS mengidap HIV. Namun, larangan FDA membuat sisa 85 persen yang dinilai sebagai penyumbang darah yang cocok dan aman menjadi tidak bisa menyumbang darah mereka.

Ditambahkan dia, kebijakan itu pun tidak mengikuti perkembangan ilmiah baru-baru ini, terkait upaya melindungi pasokan darah supaya tidak tercemar HIV.

Pertama, apa yang disebut sebagai “nucleic acid tes” atau “uji asam nukleat,” menurut Cahill, kini mampu mendeteksi keberadaan HIV pada satu liter darah dalam waktu kurang dari dua minggu.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com