Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban, Sejarah Kelam Pakistan

Kompas.com - 29/03/2016, 07:55 WIB
Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir

Penulis

Sesuai dengan faktor kemunculannya, TTP menganut doktrin jihad bersenjata untuk melawan Barat dan militer Pakistan. Selama hampir 10 tahun terakhir ini, sejak berdirinya TTP tahun 2007, Pakistan sarat cerita pertumpahan darah.

Berbagai serangan TTP terhadap sasaran Pemerintah Pakistan meluas ke wilayah lain seperti Islamabad, Karachi, dan Lahore. TTP terlibat pembunuhan mantan PM Pakistan Benazir Bhutto pada 2007, serangan Hotel Marriott di Islamabad tahun 2008, serangan sekolah angkatan darat di Peshawar tahun 2014, dan serangan lainnya.

Pemerintah Pakistan pada 25 Agustus 2008 menetapkan TTP sebagai organisasi teroris. Hal serupa dilakukan AS pada September 2010. Namun, TTP sudah terlalu kuat di Pakistan.

Militer Pakistan akhirnya realistis, yakni sering terlibat berunding dengan TTP dan sering pula mencapai kesepakatan gencatan senjata. Namun, pelaksanaan gencatan senjata itu selalu tidak berlangsung lama.

Dalam dua tahun terakhir ini, TTP sering terdesak dalam pertempuran dengan militer Pakistan. Bahkan, pada Mei 2014, lebih dari 50 anggota dan pimpinan TTP tewas dalam serangan udara militer Pakistan atas tempat persembunyian mereka di wilayah Waziristan.

Hal itu memaksa sejumlah petinggi TTP mengajak berunding dengan militer Pakistan. Sejak itu pula, TTP mulai pecah antara pro dan kontra berunding dengan militer.

Pada Februari 2014, muncul sempalan dari TTP bernama Jamaat-ul-Hind yang dipimpin Maulana Umar Qasmi. Pada Agustus 2014, sejumlah pemimpin TTP memisahkan diri dan mendeklarasikan faksi baru bernama Jamaat-ul-Ahrar yang dipimpin Maulana Qasim Khorasani. Ada pula sempalan lain, TTP Waziristan selatan, yang dipimpin Khalid Mehsud.

Faksi-faksi sempalan itu lebih keras ketimbang TTP induk, membuat cerita pertumpahan darah di Pakistan akan terus berlanjut.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com