Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Frank Faulner yang Selamat dari Serangan Bom di Starbucks Cafe Thamrin

Kompas.com - 20/01/2016, 13:10 WIB
KOMPAS.com - Frank Faulner adalah salah seorang pengunjung di Starbucks Cafe di Jalan MH Thamrin, Jakarta, saat pelaku bom bunuh diri meledakkan dirinya di sekitar lokasi tersebut, 14 Januari lalu. Faulner mengalami luka gores namun rekannya, Johan Kieft, cedera berat dan kini masih dirawat di Singapura.

Faulner dan Kieft saat itu sedang asyik ngobrol saat tiba-tiba pelaku datang, duduk di meja sebelah, dan meledakkan rompi yang berisi bahan peledak.

Dalam wawancara dengan ABC, Faulner mengatakan pelaku tampaknya sengaja menghampiri meja mereka karena merekalah orang asing di antara pengunjung cafe saat itu.

Faulner yang warga negara Jerman berprofesi sebagai konsultan sedangkan rekannya Johan Keift warga negara Belanda dan bekerja di kantor PBB.

Ledakan itu mengakibatkan empat orang meninggal dan 20-an lainnya luka-luka, beberapa di antaranya kritis.

Kedua sahabat ini ngobrol tentang liburan mereka masing-masing dan tiba-tiba "Muncul cahaya yang disusul bunyi ledakan," katanya.

"Saya merasakan seperti ditampar dari sisi kanan wajah saya dan terasa sangat panas dan berbau mesiu yang membakar kulit dan rambut," kata Faulner.

Dia mengaku sudah pasrah dan merasa tak akan selamat, namun belakangan dia berhasil membuka kedua matanya.

Saat mencoba bangkit, Faulner terpeleset di serpihan kaca dan sempat melukasi lengan kanannya.

Namun rekannya, Kieft, mengalami cedera berat dan kini masih dirawat intensif di salah satu rumahsakit di Singapura. Diharapkan kondisinya akan membaik.

"Rekan saya ini masih terduduk di kursi di depan saya, menatap saya," jelas Faulner.

"Saya balas tatapannya, namun dia masih tetap seperti itu, dan saya berteriak, ayo pergi, cepat, ada bom. Johan, ayo cepat. Tapi dia tidak bergerak dan tidak bereaksi sama sekali," tutur Faulner memaparkan situasi pasca ledakan.

Faulner mengatakan saat mencoba lari dia menyadari bagian kanan tubuhnya kena api dan begitu banyak serpihan kaca berserakan.

Dia mengaku mendengar ledakan lainnya di luar kafe dan mengambil keputusan untuk berlari ke arah berbeda.

Faulner mengaku tidak bisa menolong rekannya itu yang memang tubuhnya jauh lebih besar.

"Saya saat itu yakin dia tidak akan meninggal karena dia masih sempat menatap saya. Saya kira dia begitu syok," ujarnya.

"Saya kelihatannya tidak mengalami luka. Saat itu saya belum tahu bahwa bom yang meledak itu berisi paku dan sekrup," tambah Faulner.

Risikonya Sama

Faulner sejak kejadian itu terus didampingi istrinya, Bivitri. Dia mengatakan tidak ingin orang lain ketakutan keluar rumah gara-gara peristiwa ini.

"Risiko mengalami serangan bom sama saja di Sydney, dengan di Berlin atau di Jakarta," ujar Faulner lagi.

Dia mengaku diberitahu oleh pihak kepolisian di Jakarta bahwa pelaku serangan bom itu mengenakan rompi berisi bahan peledak yang dipicu secara manual dengan menggunakan tangan.

Faulner berharap para korban yang selamat dari peristiwa ini bisa mendapatkan layanan pengobatan post traumatic stress.

Dalam wawancara dengan ABC, Faulner tidak ingin ditampilkan wajahnya sebagai upaya berjaga-jaga, menghindari siapa tahu tahu ada teroris yang bisa mengenalinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com