MANTAN Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma, didiskualifikasi dari pencalonan sebagai anggota parlemen dalam pemilu nasional pekan depan di negara itu karena masih tersangkut dengan putusan pidana sebelumnya.
Putusan itu, yang dikeluarkan mahkamah konstitusi Afrika Selatan, Senin (20/5/2024) waktu setempat, masih bisa diajukan banding. Putusan itu menyatakan, Zuma baru bisa memenuhi syarat untuk menjadi calon anggota parlemen lima tahun setelah masa hukumannya selesai dijalani. Zuma mendapat hukuman 15 bulan penjara tahun 2021 terkait penghinaan terhadap pengadilan.
Putusan mahkamah konstitusi tersebut mengakhiri spekulasi selama berbulan-bulan dan perselisihan hukum mengenai apakah mantan pemimpin Partai African National Congress (ANC) akan mampu mencalonkan diri sebagai anggota parlemen di negara itu.
Baca juga: Putra Jacob Zuma Minta Rakyat Afrika Selatan Protes dan Menjarah secara Tanggung Jawab
Zuma kini menjadi pemimpin partai baru, Partai uMkhonto weSizwe. Dia berkampanye melawan ANC yang dulu pernah ia pimpin.
Para analis mengatakan, ANC, yang selama ini nyaman memegang kekuasaan sejak Nelson Mandela menjadi presiden kulit hitam pertama di negara itu tahun 1994, mungkin akan kehilangan suara mayoritas dalam pemilu pada Rabu depan. Jika itu terjadi, hal tersebut akan menjadi kenyataan buruk bagi ANC sejak mereka berkuasa di Afrika Selatan dari akhir era apartheid.
Salah satu alasan ANC berada di bawah tekanan adalah karena Zuma, yang mengundurkan diri sebagai presiden tahun 2018 di tengah banyaknya tuduhan korupsi dan kini dia dengan partai barunya mengancam untuk menggerogoti dukungan yang selama ini diperoleh ANC.
Zuma (82 tahun) menjadi salah satu politisi terkenal di Afrika Selatan. Dia pemimpin senior ANC selama perjuangan pembebasan melawan apartheid. Dia mantan kepala intelijen ANC dan berulang kali mengancam akan mengungkap beberapa rahasia partai itu.
Walau Zuma bukan salah satu pilihan Mandela untuk menggantikan posisinya, Mandela percaya bahwa Zuma akan memainkan peran berpengaruh dalam mengakhiri kekerasan politik mematikan yang melanda provinsi KwaZulu-Natal sebelum pemilu bersejarah tahun 1994. Provinsi ini tetap menjadi basis dukungan terhadap Zuma sejak saat itu, dan anggota kelompok etnis Zulu, yang merupakan kelompok etnis dari mana Zuma berasal, merupakan penduduk mayoritas di provinsi tersebut.
Zuma menjadi wakil pemimpin ANC pada tahun 1997 dan diangkat menjadi wakil presiden Afrika Selatan tahun 1999.
Langkah Zuma menuju kekuasaan melewati sejumlah tantangan hukum. Tahun 2006, dia dinyatakan tidak bersalah atas tuduhan pemerkosaan terhadap putri seorang rekannya di rumah Zuma di Johannesburg.
Setahun sebelumnya, dia dipecat dari posisi wakil presiden Afrika Selatan setelah penasihat keuangannya dihukum karena korupsi dengan tuduhan meminta suap atas nama Zuma dalam sebuah kesepakatan senjata yang terkenal.
Zuma kemudian melancarkan kampanye politik agresif yang membuatnya terpilih sebagai presiden ANC tahun 2007. Kampanyenya memanfaatkan ketidakpuasan yang meluas terhadap Presiden Thabo Mbeki, yang sering digambarkan sebagai otokratis dan tidak peduli. Tuduhan korupsi terhadap Zuma kemudian dibatalkan, meskipun kontroversial, dan dia terpilih sebagai presiden Afrika Selatan tahun 2009.
Kasus kesepakatan senjatanya muncul lagi beberapa dekade kemudian, dan Zuma dijadwalkan untuk diadili terkait tuduhan korupsi itu tahun depan.
Pemerintahan Zuma sering mendapat kecaman. Teman dekat dan sekutunya, keluarga Gupta, dituduh memengaruhi penunjukan posisi penting di kabinet dengan imbalan kesepakatan bisnis yang menguntungkan.
Baca juga: Partai Penguasa Afsel Bersiap Pecat Presiden Jacob Zuma
Tuduhan korupsi di pemerintahan dan perusahaan milik negara akhirnya membuat ANC memaksa Zuma untuk mengundurkan diri tahun 2018. Sebuah komisi penyelidikan yudisial menemukan banyak bukti, dan Zuma pada tahun 2021 dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman 15 bulan penjara karena menolak untuk bersaksi di komisi itu. Zuma masih merasa dirugikan oleh ANC dan penggantinya, Presiden Cyril Ramaphosa. Namun hanya sedikit warga Afrika Selatan yang memperkirakan bahwa perpecahan itu akan berdampak luas seperti yang terjadi sejauh ini.