Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Netanyahu Bubarkan Kabinet Perang, Apa Dampaknya?

Kompas.com - 18/06/2024, 18:09 WIB
Paramita Amaranggana,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

PERDANA Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, membubarkan Kabinet Perang pada Senin (17/6/2024). Langkah ini dipastikan akan memperkuat pengaruh Netanyahu atas kebijakan perang Israel terhadap Hamas dan memperkecil peluang adanya gencatan senjata di Jalur Gaza dalam waktu dekat.

Netanyahu mengumumkan keputusan itu setelah lawan politiknya, Benny Gantz, mengundurkan diri dari kabinet yang beranggotakan tiga orang itu. Gantz, yang seorang jenderal purnawirawan dan anggota parlemen, merupakan sosok yang secara luas dianggap lebih moderat.

Baca juga: PM Netanyahu Bubarkan Kabinet Perang Israel

Kini, kebijakan-kebijakan perang utama akan langsung diajukan kepada kabinet keamanan Netanyahu, badan yang didominasi oleh figur-figur garis keras yang secara terbuka menentang usulan gencatan senjata Amerika Serikat (AS) dan memiliki keinginan untuk terus melanjutkan perang.

Apa Itu Kabinet Perang?

Kabinet perang Israel dibentuk pada 11 Oktober 2023 sebagai respons atas serangan mendadak Hamas ke Israel pada 7 Oktober tahun lalu.

Kabinet ini merupakan sebuah badan kecil yang masuk ke dalam kabinet keamanan, yang merupakan bagian dari kabinet koalisi yang lebih luas.

Anggota kabinet perang ini adalah Netanyahu, Benny Gantz, dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant. Kabinet ini kemudian dilengkapi oleh tiga pengamat: menteri pemerintah, Aryeh Deri dan Gadi Eisenkot, serta menteri urusan strategis, Ron Dermer.

Sesuai namanya, kabinet perang dibentuk dengan misi membuat keputusan cepat terkait pelaksanaan perang, yang kemudian akan diajukan untuk disetujui kabinet yang lebih luas.

Mengapa Gantz Mundur dari Kabinet Perang?

Kabinet perang terbentuk ketika Gantz bergabung bersama Netanyahu dan Gallant sebagai bentuk rasa persatuan. Pada saat itu, Gantz mendesak agar sebuah badan pembuat keputusan kecil-lah yang mengarahkan perang supaya bisa menyingkirkan anggota sayap kanan pemerintahan Netanyahu.

Namun, Gantz pada akhirnya meninggalkan kabinet itu pada 9 Juni ini setelah ketegangan yang kian meningkat di Gaza. Gantz mengundurkan diri bersamaan dengan salah satu pengamat, Eisenkot, yang berasal dari partai yang sama dengan Gantz.

Gantz mengaku muak dengan kurangnya kemajuan dalam membawa pulang puluhan sandera Israel yang ditawan Hamas. Ia menuduh Netanyahu telah dengan sengaja menunda-nunda upaya mengakhiri perang untuk menghindari pemilihan umum (pemilu) baru dan pengadilan korupsi.

Sebelumnya, Gantz meminta Netanyahu mendukung sebuah rencana yang salah satunya mencakup penyelamatan para tawanan dan mengakhiri kekuasaan Hamas di Gaza. Namun, Netanyahu tidak mendukung rencananya itu.

Di situlah Gantz memutuskan untuk mengundurkan diri. Gantz mengatakan bahwa “keputusan strategis yang menentukan” dalam kabinet tersebut harus berhadapan dengan “keraguan dan penundaan karena pertimbangan politik.”

Walau kabinet perang merupakan badan yang berukuran kecil, namun tetap mereka tak bisa menghindari konflik dan pertikaian internal.

Gallant dan Netanyahu "tidak lagi berbicara dengan satu sama lain," menurut laporan media Israel, Hareetz pada bulan Januari lalu yang mengutip perkataan pemimpin oposisi, Yair Lapid, ketika sedang mengikuti pertemuan partai. Lapid juga berkata bahwa pertemuan kabinet perang telah berubah menjadi "arena yang memalukan untuk menyelesaikan masalah, pertempuran, dan diskusi yang tidak menghasilkan apa-apa".

Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz, tengah, menghadiri upacara yang menandai selesainya peningkatan penghalang keamanan di sepanjang perbatasan Israel-Gaza, Selasa, 7 Desember 2021. AP PHOTO/TSAFRIR ABAYOV Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz, tengah, menghadiri upacara yang menandai selesainya peningkatan penghalang keamanan di sepanjang perbatasan Israel-Gaza, Selasa, 7 Desember 2021.
Apa Dampaknya?

Mundurnya Gantz telah meningkatkan tekanan dari Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan, Bezalel Smotrich. Keduanya sangat berambisi untuk masuk ke dalam kabinet perang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com