Mantan wartawan Charlie Hebdo, Caroline Fourest, mengatakan bahwa serangan teroris mematikan itu tidak akan membungkam kebebasan berbicara di Perancis. Sebanyak 12 orang, termasuk delapan mantan rekan Caroline, tewas ketika dua pria bersenjata menyerbu kantor redaksi Charlie Hebdo di Paris pada Rabu (7/1/2015) pagi waktu setempat.
"Tiap kali kami bertemu, kami mencoba untuk melempar lelucon dan berkelakar tentang orang-orang bodoh yang terpicu melakukan kekerasan karena terancam oleh kartun sederhana. Mereka bisa terus merasa terancam karena masih akan ada banyak kartun," ujar Caroline.
Ia menambahkan, "Kami semua, para wartawan yang selamat dan mantan kolega mereka, memutuskan bahwa esok kami akan menggelar pertemuan untuk menerbitkan Charlie Hebdo edisi berikutnya karena tak mungkin, bahkan jika mereka membunuh 10 dari kami, majalah tak akan diterbitkan minggu depan."
Caroline mengatakan, sensor dan rasa takut adalah respons yang benar-benar salah.
“Inilah yang diinginkan para teroris. Mereka tahu bahwa inilah caranya. Anda hanya harus membunuh beberapa orang di setiap negara, yang adalah hal paling mudah di dunia untuk dilakukan," tuturnya.
"Untuk memiliki senjata ampuh dan membunuh orang itu benar-benar mudah. Anda tidak perlu bakat untuk melakukan itu. Anda perlu bakat untuk menjadi seorang kartunis. Anda perlu bakat untuk menjadi seorang jurnalis," lanjut dia.
Caroline bekerja untuk surat kabar itu pada tahun 2011, ketika kantor yang berbeda dari Charlie Hebdo dibom setelah memuat Nabi Muhammad sebagai pemimpin redaksi mereka.
Ia memberi penghormatan kepada mantan rekan-rekannya dan mencatat bahwa banyak dari mereka hidup di bawah perlindungan polisi selama bertahun-tahun karena tidak mau berkompromi.
"Banyak teman-teman saya yang meninggal hari ini adalah orang-orang yang sangat baik, orang yang sangat lucu, dan orang yang sangat berani, karena mereka tahu bahwa mereka harus terus tersenyum dan membuat orang lain tersenyum saat membela kebebasan pers," paparnya.
"Banyak rekan-rekan saya berada di bawah perlindungan polisi selama bertahun-tahun. Kehidupan mereka berubah total setelah kasus kartun Muhammad itu. Mereka menghadapinya. Tak ada pilihan ketika Anda seorang jurnalis, dan Anda ingin bebas, dan Anda menolak untuk dibungkam hanya karena seorang pria bodoh pelaku kekerasan ingin Anda diam," tambahnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.