Setiap berkunjung ke Suriah, saya mulai menyadari bahwa anak bukanlah hanya sekedar anak-anak--yang menangis atau tersenyum.
Mereka berada di garis depan, dan mampu bercerita tentang kompleksitas konflik yang mereka alami.
Selama enam bulan, saya dan Robin Barnwell mengikuti enam anak Suriah. Kisah-kisah mereka menjadi sebuah gambaran peta politik dan sosial yang tengah dihadapi negara ini - sekaligus memberikan gambaran masa depan yang memprihatinkan.
"Penampilan saya memang anak-anak," kata Ezadine, 9. "Tetapi untuk hal moral dan kemanusiaan, saya bukan (anak-anak). Di masa lalu, 12 tahun dianggap muda, tapi tidak sekarang. Sekarang, 12 tahun, Anda harus pergi jihad."
Seorang anak lain, bernama Jalal, mengatakan: "Krisis telah mengubah kami. Kini anak-anak mengerti politik dan berbicara tentang politik. Kami telah berkorban untuk negara kami."
"Saya sangat membenci masa depan," kata Daad, 11. "Kami mungkin hidup, atau kami juga mungkin mati."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.