Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inggris Ancam Keluar dari Uni Eropa

Kompas.com - 02/06/2014, 15:09 WIB
BERLIN, MINGGU — Perdana Menteri Inggris David Cameron mengingatkan, ia tak bisa menjamin Inggris tetap menjadi anggota Uni Eropa (UE) jika para pemimpin Eropa memilih mantan PM Luksemburg Jean-Claude Juncker menjadi Presiden Komisi Eropa. Selain dari Inggris, penolakan atas Juncker juga muncul dari Perancis.

Kendati menghadapi penolakan dari beberapa negara besar, Juncker yakin dirinya bakal terpilih menjadi Presiden Komisi Eropa. Juncker diusung Partai Rakyat Eropa (European People’s Party/EPP) beraliran konservatif, yang meraih suara terbanyak dalam pemilihan Parlemen Eropa, pekan lalu.

Kepada koran Jerman, Bild am Sonntag, Minggu (1/6), Juncker menegaskan, dia mengantongi dukungan ”mayoritas besar” para pemimpin konservatif dan kiri- tengah. ”Di Parlemen Eropa, mayoritas kepala negara, pemerintahan Kristen-Demokrat dan Sosialis, mendukung saya,” kata Juncker dalam potongan wawancara yang dilansir Bild.

Presiden Komisi Eropa dipilih para pemimpin negara-negara Uni Eropa. Namun, ia harus disetujui parlemen hasil pemilu yang menghasilkan cukup banyak dukungan bagi kubu anti UE. Pemilihan Presiden Komisi Eropa akan digelar pertengahan Juli.

Referendum

Majalah Jerman, Der Spiegel, mengutip Cameron yang pada saat reses pertemuan tingkat tinggi UE di Brussels, Belgia, Selasa lalu, menyatakan, jika Juncker jadi Presiden Komisi Eropa, dia tidak bisa menjamin Inggris meneruskan keanggotaan di UE.

Menurut majalah itu, peserta pertemuan menangkap pernyataan Cameron sebagai pesan bahwa referendum masyarakat Inggris untuk menentukan keluar atau tidaknya negeri itu dari UE bakal digelar jika suara mayoritas ternyata memilih Juncker.

Di mata Cameron, Juncker dianggap condong ke gagasan Federasi Eropa. Hal ini diprediksi merusak harapan Cameron bahwa UE akan dipimpin reformis yang bisa memperbaiki hubungan UE dengan Inggris. Menurut Spiegel, penolakan Cameron disampaikan dengan kata-kata, ”Wajah ’80-an tak bisa memecahkan persoalan-persoalan lima tahun ke depan.”

Sebelumnya, Cameron berjanji melakukan negosiasi ulang syarat keanggotaan Inggris di UE. Dia berjanji, jika Partai Konservatif yang dipimpinnya memenangi pemilu Inggris 2015, ia akan menggelar referendum pada akhir 2017 untuk menentukan apakah Inggris bertahan di UE atau keluar.

Senin lalu, ia menolak pertanyaan soal referendum setelah Partai Konservatif kalah dari Partai Kemerdekaan Inggris Raya (UKIP) yang anti UE dalam pemilu Parlemen Eropa di Inggris. Juru bicara kantor PM Inggris menolak berkomentar tentang artikel dalam Spiegel tersebut.

Usulkan Moscovici

Harian Bild am Sonntag tanpa menyebut sumber melaporkan, Presiden Perancis Francois Hollande juga berusaha menghambat Juncker menjadi Presiden Komisi Eropa. Ia menginginkan posisi itu dijabat mantan Menteri Keuangan Perancis Pierre Moscovici.

Terkait hal itu, PM Italia Matteo Renzi mengatakan, perlu pembicaraan politik untuk menentukan Presiden Komisi Eropa berikutnya dan Juncker bukan satu-satunya kandidat. Renzi mengingatkan, Juncker belum meraup dukungan mayoritas dan tidak otomatis menjadi Presiden Komisi Eropa.

Komisioner Energi Eropa, Guenther Oettinger, kepada Bild mengatakan, sudah jelas bahwa keputusan harus diambil sebelum reses musim panas. ”Mengingat EPP dengan Juncker unggul lebih dari 20 kursi di Parlemen UE, Dewan UE harus mencalonkan dia,” katanya.

Sementara itu, pemimpin UKIP, Nigel Farage, berharap bisa beraliansi dengan Gerakan Lima Bintang, kelompok anti UE di Italia, dalam Parlemen Eropa. Farage telah bertemu pemimpin Lima Bintang, Beppe Grillo, awal pekan lalu, setelah kedua partai itu meraih dukungan cukup meyakinkan dalam pemilu.

Aliansi dibutuhkan agar punya kekuatan mendukung atau menolak pembuatan undang-undang, akses lebih besar pada dana, dan hak duduk di komite. Pembentukan aliansi membutuhkan minimal 25 anggota parlemen dari tujuh negara dari 751 kursi parlemen yang berasal dari 28 negara UE. UKIP meraih 24 kursi dan Lima bintang 17 kursi. (AP/AFP/REUTERS/SAM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com