KOMPAS.com — Mariam Khaowleh mengerang pelan ketika perawat pelan-pelan memindahkan sedotan dari bibir Mariam yang kering. Seluruh tubuh perempuan ini tertutup perban.
Ini kisah seorang ibu dengan empat anak, yang mengungsi karena negaranya dilanda perang saudara. Mariam, perempuan berumur 40 tahun, terbakar dan luka parah karena begitu putus asa.
Mariam adalah satu dari sejuta pengungsi Suriah yang kini ada di Lebanon. Jumlah pengungsi ini setara dengan seperempat populasi Lebanon.
Suami Mariam, Ahmad al-Daher, hanya bisa melihat dari balik kaca. Wajah Ahmad bersaput shock dan sedih, begitu mendengar kata-kata Mariam.
"Aku memilih mati. Aku memilih mati daripada melihat anak-anakku mati sejuta kali di depanku," ujar Mariam, yang berbicara kepada Ahmad dan orang-orang di balik kaca, lewat interkom.
Hanya staf medis yang bisa masuk ke dalam ruangan tempat Mariam berbaring. "Sulit, sulit bagi seorang ibu memberi makan anak-anaknya," kata Mariam pelan.
"Mereka (para petugas yang menangani pengungsi) telah membakar hatiku. Mereka membakar hatiku sebelum mereka membakar tubuhku. Aku seperti serangga bagi mereka," lanjut Mariam.
Pengungsi Suriah
Badan PBB yang mengurusi pengungsi (UNHCR), Kamis (3/4/2014), menyebutkan ada satu juta pengungsi Suriah di Lebanon. Jumlah itu setara dengan seperempat jumlah penduduk Lebanon.
Jumlah pengungsi di Lebanon ini melejit 18 kali lipat dibandingkan tahun lalu yang hanya mencatatkan 18.000 orang. "Masuknya satu juta pengungsi akan terasa besar di negara mana pun,” kata Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Antonio Guterres, dalam pernyataannya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.