"Kelompok oposisi bersenjata maupun rezim mampu untuk mengalahkan masing-masing," kata Wakil Perdana Menteri Suriah, Qadri Jamil. "Kekuatan yang berimbang ini tidak akan berubah untuk sementara waktu," tambahnya.
Qadri Jamil mengatakan kepada surat kabar Inggris, The Guardian, bahwa Damaskus akan meminta gencatan senjata dengan kehadiran pemantau internasional, seperti yang pernah diusulkan di Jenewa.
Menurutnya, kehadiran pemantau internasional yang independen, akan membuka jalan bagi proses politik yang damai dan bebas dari campur tangan pihak luar.
Dalam proses itu, dia menambahkan, semua pihak tidak perlu takut bahwa rezim yang berkuasa sekarang akan terus berkuasa. Jamil menekankan bahwa dia berbicara mengatasnamakan Pemerintah Suriah.
Dorongan Rusia
Wartawan BBC Jim Muir di Beirut mengatakan, pernyataan Jamil ini tampaknya mencerminkan dorongan Rusia agar rezim Suriah mempersiapkan pembicaraan damai. Jamil adalah mantan pimpinan Partai Komunis Suriah, yang partainya ikut ambil bagian dalam demonstrasi terhadap Rezim Assad pada awal-awal tuntutan reformasi di Suriah.
Sementara itu, AS telah meminta Dewan Keamanan PBB untuk melakukan tindakan terkait persediaan senjata kimia milik Suriah.
Menteri Luar Negeri John Kerry akan meminta DK PBB untuk mencantumkannya dalam "resolusi tidak mengikat" pada pertemuan pekan depan, walaupun Rusia menolaknya.
Lebih lanjut Jamil mengatakan kepada The Guardian bahwa ekonomi Suriah saat ini mengalami krisis akibat perang sipil yang dimulai awal 2011 lalu. Lebih dari 100.000 orang telah tewas dalam konflik itu, menurut PBB, dan jutaan orang telah meninggalkan negeri itu atau menjadi tunawisma.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.