Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harapan akan Rekonsiliasi di Mesir Menipis

Kompas.com - 21/08/2013, 08:24 WIB
KAIRO, KOMPAS.com — Harapan banyak pihak akan rekonsiliasi di Mesir menipis setelah pemerintah militer menangkap pemimpin tertinggi Ikhwanul Muslimin (IM), Muhammad Badie. Badie ditangkap Selasa (20/8/2013) dini hari di sebuah apartemen di dekat Masjid Rabaah al-Adawiyah di Distrik Nasr City.

Petinggi IM lain turut ditangkap, seperti pengusaha Hassan Malik dan salah satu juru bicara IM, Yusuf Talaat. IM langsung menunjuk Mahmud Ezzat sebagai pemimpin sementara IM. Ezzat selama ini menjabat deputi utama pemimpin tertinggi IM.

Wartawan Kompas, Musthafa Abd Rahman, di Kairo, melaporkan, polisi Mesir juga mendobrak rumah ketua MPR asal IM, Ahmed Fahmi, dan rumah presiden terguling Muhammad Mursi di Provinsi Syarqiyah, 100 kilometer timur laut Kairo.

Penahanan Badie dinilai karena menyulitkan rekonsiliasi dan memperkeruh hubungan kelompok pendukung Mursi dengan pemerintah sementara, militer, dan kekuatan politik promiliter. Hubungan kedua kubu memburuk setelah dua insiden, yakni tewasnya 36 aktivis IM saat dipindahkan ke Penjara Abu Zaabal, Minggu, dan serangan kelompok bersenjata yang menewaskan 25 polisi di Sinai utara, Senin.

Media cetak Mesir—yang sebagian besar mendukung pemerintahan militer—pada Selasa menurunkan berita utama insiden di Sinai utara karena penangkapan Badie terjadi setelah tengah malam. Pemerintah mengumumkan hari berkabung nasional selama tiga hari akibat insiden itu. Semua kekuatan politik—termasuk Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP), sayap politik IM—mengutuk insiden itu.

Memburu
Aparat keamanan masih memburu pemimpin IM lain yang belum tertangkap, seperti Muhammad Beltagi, Essam Eriyan, dan Ahmed Arif. Penangkapan Badie dan petinggi IM menjadi pertanda tekad pemerintahan militer melemahkan IM agar tidak menjadi ancaman di panggung politik Mesir.

Gerakan pemuda Tamarud, yang berperan besar menggulingkan Mursi, dalam akun Facebook menyambut positif penangkapan Badie. Menurut Tamarud, penangkapan itu adalah langkah kuat bagi laju revolusi dan penumpasan kantong-kantong teroris.

Sementara itu, situasi Kairo terlihat tenang setelah tiga hari tidak terjadi unjuk rasa massa pendukung Mursi. Warga kota kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Jalan utama kembali dipadati kendaraan yang lalu lalang di luar berlakunya jam malam, pukul 19.00-06.00, karena status keadaan darurat. Saat jam malam berlaku, ibu kota Mesir itu langsung sunyi senyap.
Pengamanan

Pemerintah RI belum berencana mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) di Mesir. Namun, pemerintah mengupayakan berbagai cara pengamanan terhadap para WNI di sana. ”Evakuasi, kan, untuk memastikan keselamatan WNI. Tujuan sama bisa dilakukan dengan cara lain, dengan berkomunikasi, memantau perkembangan situasi, dan upaya relokasi,” ujar Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa. Pemerintah tidak sekadar melakukan evakuasi karena memikirkan WNI agar bisa kembali bekerja jika situasi normal. (DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com