Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mesir Hadapi Jalan Buntu

Kompas.com - 30/07/2013, 07:52 WIB

Namun, aksi pemerintah itu tak membuat massa pendukung Mursi gentar. "Sederhana saja, kami tak akan pergi ke mana pun. Kami akan meningkatkan aksi protes ini dan menggandakan aksi damai," kata Juru Bicara IM, Gehad El-Haddad, sebelum bertemu Ashton.

Deputi Ketua FJP Essam Eriyan menyatakan, UE dan Amerika Serikat hendaknya bersikap lebih tegas terhadap aksi kudeta militer di Mesir. Eriyan mengatakan, jika UE benar-benar ingin membantu menyelesaikan krisis politik di Mesir saat ini, seharusnya organisasi tersebut membantu menghentikan aksi militer membunuhi rakyat Mesir.

Hingga berita ini diturunkan, belum jelas hasil pertemuan Ashton dengan pihak-pihak berseteru di Mesir. Sebelum tiba di Kairo, Ashton hanya menyatakan akan mendesak proses transisi yang sepenuhnya inklusif, termasuk dengan melibatkan IM.

"Saya juga akan mengulangi seruan untuk mengakhiri segala bentuk kekerasan. Saya sangat menyesalkan jatuhnya korban jiwa," ujar Ashton.

Gelombang kekerasan

Krisis politik yang memicu gelombang kekerasan dan unjuk rasa berujung rusuh juga terjadi di negara-negara Musim Semi Arab di luar Mesir.

Di Tunisia, pemerintah yang dikuasai kubu Islamis menggelar rapat darurat, Senin, setelah ribuan orang turun ke jalan memprotes pembunuhan seorang anggota parlemen dari kubu oposisi. Mohamed Brahmi, nama anggota parlemen itu, ditembak mati orang tak dikenal di depan rumahnya, pekan lalu.

Mirip dengan di Mesir, sekitar 10.000 orang yang menentang dan mendukung pemerintah turun ke jalan di ibu kota Tunis untuk berunjuk rasa. Mereka bertemu di kawasan Alun-alun Bardo di dekat gedung parlemen, yang memaksa aparat keamanan membangun barikade ketat untuk mencegah bentrokan.

Tunisia adalah negara kelahiran Musim Semi Arab, rangkaian revolusi yang mengguncang dunia Arab, dua tahun silam. Gelombang revolusi itu menjatuhkan rezim-rezim kediktatoran di Mesir, Libya, dan Yaman, serta memicu perang saudara di Suriah yang berlangsung hingga kini.

Gelombang kekerasan dan unjuk rasa juga mengguncang Libya. Hari Senin, pihak berwajib menyatakan, sedikitnya seorang tentara tewas dalam bentrokan antara militer dan kelompok bersenjata di kota Benghazi, Libya timur.

Bentrokan itu terjadi beberapa jam setelah ledakan yang mengguncang gedung pengadilan di kota itu. Ledakan tersebut melukai 43 orang dan memicu demonstrasi setelah itu.

Dalam tiga hari terakhir, Benghazi telah dilanda serangkaian kekerasan, pembunuhan, peledakan bom, demonstrasi, dan pembobolan penjara yang menyebabkan 1.117 narapidana meloloskan diri.

Sementara itu, sejumlah ormas dan lembaga Islam di Indonesia yang tergabung dalam Silaturahim Ormas-Lembaga Islam, Senin, di Jakarta, mendesak komunitas internasional tak mengakui kudeta terhadap Presiden Mursi di Mesir. Pemerintah RI pun didesak bersikap tegas dalam menyikapi perkembangan situasi tersebut karena Mesir memiliki hubungan sejarah dengan Indonesia. (CAL/AFP/AP/Reuters/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com