Salin Artikel

Lolos dari Pemakzulan, Trump Pecat 2 Pejabat AS yang Bersaksi Melawannya

Pada Rabu (5/2/2020), Senat memutuskan membebaskan sang presiden dengan tak memberikan dua per tiga dukungan atas pasal pemakzulan yang diajukan DPR AS.

Trump dimakzulkan atas pasal penyalahgunaan kekuasaan dan menghalangi upaya Konges, buntut percakapannya dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.

Dilansir AFP Jumat (7/2/2020), dia memecat dua pejabat AS yang sudah bersaksi di sidang pemakzulan dirinya di DPR AS.

Yang pertama adalah Letnan Kolonel Alexander Vindman, Direktur Bidang Eropa di Dewan Keamanan Nasional, bagian dari komunitas intelijen AS.

Kemudian yang kedua adalah Duta Besar untuk Uni Eropa, Gordon Sondland, yang mendonasikan 1 juta dollar AS (Rp 13,6 miliar) saat Trump dilantik.

"Saya mendapat pemberitahuan bahwa presiden berniat untuk menarik saya secepat dan seefektif mungkin," ujar Sondland dalam keterangan tertulis.

Beberapa jam sebelumnya, Vindman bernasib lebih tragis, di mana veteran yang terluka di Irak itu dikawal keluar dari Gedung Putih.

Dalam pernyataan pengacaranya, David Pressman, perwira 44 tahun itu didepak setelah mengabdi bagi negaranya dan presiden.

"Vindman diminta untuk pergi karena dia menyuarakan kebenaran," kata Pressman seperti diberitakan kantor berita AFP.

Sebelumnya, saudara Vindman, Yevgeny yang juga berpangkat Letnan Kolonel serta bertindak sebagai jaksa di Dewan Keamanan Nasional, juga dipecat bersamaan.

"Balas dendam"

Sejak awal, Trump sudah menyebut pemakzulan dirinya hoaks. Menyebut tidak ada yang salah ketika dia meminta bantuan Ukraina menyelidiki calon rival politiknya, Joe Biden.

Kepada awak media, presiden 73 tahun itu meminta Partai Republik untuk menguasai DPR AS, dan "menghapus" pemakzulannya.

Saat ditanya apakah dia sejak awal menginginkan Vindman pergi, dia menjawab dengan sinis. "Saya tak bahagia dengannya."

"Kalian pikir apakah saya seharusnya puas dengan kinerjanya?" sindir Trump. Pressman menyebut publik tentu bertanya mengapa kliennya didepak.

Pressman menjelaskan, karena sudah menyuarakan kebenaran, dampak yang harus dirasakan kliennya adalah kehidupan pribadi hingga kariernya hancur.

"Pria paling berkuasa di dunia sudah memutuskan untuk balas dendam. Klien saya tetap menyuarakan kebenaran meski dirinya dalam bahaya," ulas Pressman.

Kesaksian kunci

Sebagai Direktur Bidang Eropa di Dewan Keamanan Nasional, Vindman bertanggung jawab atas segala informasi di Ukraina.

Dia dihadirkan sebagai saksi untuk materi percakapan telepon 25 Juli antara Trump dengan Zelensky, yang merujuk pada permintaan menginvestigasi Biden.

DPR AS yang dikuasai Partai Demokrat berargumen, presiden ke-45 AS itu hendak meminta bantuan asing untuk menghancurkan Bidang di Pilpres AS 2020.

Diundang oleh Kongres dalam sidang dengar pendapat, Vindman memberikan kesaksian bahwa apa yang dilakukan sang presiden melanggar aturan.

"Sangat dimungkinkan Presiden AS meminta bantuan negara lain untuk menyelidiki warga maupun rival politiknya," katanya.

Sementara Sondland bersaksi bahwa Trump meminta Kiev quid pro quo (balas jasa), sebagai ganti kunjungan Zelensky ke New York.

Sondland menyatakan, pengacara pribadi presiden, Rudy Giuliani, memimpin upaya untuk menekan Ukraina, dengan pejabat Kementerian Luar Negeri mengetahuinya.

Selain itu, pemerintahannya juga diketahui membekukan bantuan militer Ukraina sebesar 391 juta dollar AS, atau Rp 5,3 triliun.

https://internasional.kompas.com/read/2020/02/08/15470061/lolos-dari-pemakzulan-trump-pecat-2-pejabat-as-yang-bersaksi-melawannya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke