Salin Artikel

Arkeolog Temukan Keju Berusia 3.500 Tahun di Mesir

Para arekeolog ini menemukan keju berusia setidaknya 3.000 tahun. Keju purba itu ditemukan masih terbungkus kanvas di dalam sebuah kendi yang sudah pecah.

Jurnal Analytical Chemistry  menggambarka keju ini "kemungkinan sebagai temuan arkeologikal keju yang tertua hingga saat ini".

Jurnal yang sama menjelaskan, keju tersebut dibuat dari campuran susu sapi dan kambing.

Paul Kindstedt, guru besar Universitas Vermont yang mempelajari kimia dan sejarah keju, kepada harian The New York Times mengatakan, keju kuno itu memiliki kelembutan yang sama dengan keju kambing saat ini.

"Namun, dengan rasa yang amat asam," ujar Kindstedt.

Para pecinta keju kemungkinan belum bisa mencicipi rasa keju kuno ini dalam waktu dekat karena tim penggali juga menemukan keberadaan bakteri Brucella melitensis di dalam keju itu.

Bakteri ini menghaslkan penyakit brucellosis atau demam Malta yang langka tetapi amat berbahaya serta dapat menjangkiti manusia atau hewan.

Gejala penyakit ini meliputi demam, badan lemas dan nyeri sendi yang bisa berlangsung hingga setahun tanpa pengobatan yang memadai.

Bahkan, dalam beberapa kasus penyakit ini bisa mengakibatkan penderitanya meninggal dunia.

Jika menimpa kambing atau domba, penyakit ini mengakibatkan kemandulan, keguguran, bayi meninggal saat lahir, atau keturunan yang cacat.

Meski fakta ini bukan kabar baik, tetapi di sisi lain memberikan bukti bahwa penyakit ini sudah ada di Mesir sekitar 3.000 tahun lalu.


https://internasional.kompas.com/read/2018/08/20/06493311/arkeolog-temukan-keju-berusia-3500-tahun-di-mesir

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke