Salin Artikel

Mengenal Michael Wolff, Penulis Buku Kontroversial tentang Trump

Dari wawancara tersebut, setahun kemudian lahirlah buku Fire and Fury: Inside the Trump White House.

Buku yang dipublikasikan Jumat pekan lalu (5/1/2018) itu sontak menjadi perbincangan di Negeri Paman Sam.

Selain membahas tentang pertemuan yang dilakukan antara keluarga Trump dengan Rusia, Fire and Fury juga membahas soal pribadi Trump.

Disebutkan, Trump merupakan sosok yang tidak sabar, mengulang berbagai hal, tidak bisa fokus, dan selalu mengoceh tanpa ujung pangkal.

Trump melalui akun Twitternya langsung menyangkal dan mengecam Wolff beserta bukunya.

Pengacara Trump, Charles Hardes, mengancam Henry Holt and Company selaku penerbit untuk menarik buku Wolff.

Jika tidak, Hardes bakal menuntutnya dengan tuduhan penghinaan, fitnah, dan pelanggaran terhadap kerahasiaan.

"Ini merupakan evolusi natural bagi Wolff. Bahwa seorang Presiden AS terus menggunjingkannya dari balik Gedung Putih," kata Janice Min, mantan editor The Hollywood Reporter.

Dilansir New York Times via The Sydney Morning Herald Senin (8/1/2018), berikut adalah sekelumit tentang sosok Wolff yang diperbincangkan di AS:

Berawal dari Tukang Foto Kopi
Lahir di Paterson, kawasan pinggiran New Jersey, Wolff merupakan anak dari pasangan Lewis Allen Wolff, dan Marguerite Wolff.

Lewis merupakan direktur sebuah perusahaan periklanan, dan Maruguerite bekerja sebagai wartawan di koran lokal Paterson Evening News.

Karir Wolff di dunia jurnalistik dimulai ketika dia menjadi tukang foto kopi di New York Times.

Pekerjaan sampingan itu dilakukan ketika dia masih berkuliah di Universitas Columbia New York.

Setelah itu, dia menerbitkan artikel pertamanya di New York Times Magazine pada 1974.

Artikel itu bercerita tentang profil Angela Atwood, tetangganya yang menjadi anggota kelompok teroris bernama Symbionese Liberation Army.

Kelompok tersebut melakukan penculikan kepada cucu taipan media AS, William Randolph Hearst.

Karir Wolff mulai menanjak setelah dia direkrut New York Magazine sebagai kolumnis pada 1998.

Setelah itu, dia berturut-turut bekerja bagi Vanity Fair, editor di Adweek, dan mendirikan situs agregator, Newser.

Berkawan dengan Trump
Perkenalan Wolff dengan Trump dimulai ketika dia menjadi cameo dalam sebuah reality show "Trump Town Girl", yang di kemudian hari tidak pernah ditayangkan.

Hubungan mereka makin erat setelah Wolff menulis artikel tentang Trump di Hollywood Reporter pada 1 Juni 2016.

Trump sangat menyukai artikel tersebut. Apalagi, selama pilpres AS 2016, Wolff aktif menyerang balik reportase yang dianggap menyudutkan Trump.

New York Times melansir, Wolff sering kali terlihat tengah makan bersama Trump di sebuah restoran bernama Bombay Club.

Kedekatan itulah yang membuat, dalam pengakuan Wolff, Trump memberikan akses ke Gedung Putih.

Selama berada di sana, Wolff melakukan sekitar 200 wawancara dengan para staf Gedung Putih.

Paling dominan adalah wawancara dengan mantan penasihat Gedung Putih, Steve Bannon, yang menyebut adanya pertemuan antara keluarga Trump dengan Rusia saat pilpres 2016.

"Masih menjadi misteri bagiku adalah bagaimana Gedung Putih tidak menaruh curiga terhadap Wolff," kata mantan editor Wolff di Vanity Fair, Graydon Carter.

Akurasi Reportase Kadang Salah
Ketika Fire and Fury yang menjadi kontroversial tersebut dirilis, beberapa jurnalis yang mengenal Wolff menyangsikan apa yang ada dalam buku tersebut.

"Salah satu permasalahan kemahatahuan Wolff adalah akurasinya kadang salah," ujar mantan kolumnis New York Times, David Carr.

Salah satu contohnya, Wolff pernah menulis bahwa CNN memberitakan, Trump dituduh melakukan aktivitas seksual bersama pekerja seks komersial.

Namun, faktanya, media yang mewartakan kabar berdasarkan sebuah laporan intelijen tersebut adalah BuzzFed News.

Kemudian, Wolff sempat menulis Trump tidak pernah mengenal mantan juru bicara Partai Republik, John Boehner.

Namun, jauh sebelum Wolff mengunjungi Gedung Putih, ternyata Boehner dan Trump merupakan teman bermain golf.

Thomas Barrack Jr, teman dekat Trump membantah laporan Wolff bahwa dia mengatakan Trump "tidak sekedar gila. Namun juga bodoh".

Pernyataan Barrack membuat Menteri Pers Sarah Sanders menyebut buku tersebut mengandung "kesalahan, kesalahan, dan kesalahan lagi".

https://internasional.kompas.com/read/2018/01/08/21474751/mengenal-michael-wolff-penulis-buku-kontroversial-tentang-trump

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke